Sejarah G30S 1965: Tragedi Penculikan Jenderal Ahmad Yani, Sempat Izin Ganti Baju Namun Ditolak

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ahmad Yani

Saat Letjen Ahmad Yani muncul, Ruswad segera memberitahu bahwa Presiden Sukarno sangat membutuhkan Letjen Ahmad Yani sekarang juga.

Baca: Burhan Kampak, Algojo yang Membunuh Orang PKI Usai G30S : Daripada Dibunuh, Lebih Baik Membunuh

Wali Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rusdi Mastura (tengah) saat diwawancara jurnalis New York Times, Amerika Serikat. Ia pernah meminta maaf kepada korban tragedi kemanusiaan akibat peristiwa G30S ((https://www.skp-ham.org))

Baca: Dokter Otopsi Ungkap Kondisi Jasad Korban G30S, Berbeda dengan Pernyataan Soeharto : Tak Ada Siksaan

Yani kemudian minta izin untuk mandi dan berganti pakaian, namun permintaannya ditolak.

Ketika Yani meminca izin untuk berganti pakaian, hal ini juga ditolak.

Letjan Yani geram dan memukul salah seorang di antara mereka. Yani kembali ke kamar dan langsung menutup pintu kaca.

Saat itulah, Raswad memerintahkan Sersan Dua Gijadi untuk menembak.

Tujuh peluru menembus kaca dan akhirnya membunuh Yani.

Jenasah Letjen Ahmad Yani kemudian diseret dengan pososo badan dan kepalanya berada di lantai.

Sumber:

Benedict Anderson dan Ruth McVey, A Preliminary Analysis of the October 1, 1965, Coup in Indonesia, a.b. Galuh HE Akoso dan Yeri Ekomunajat, Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Analisis Awal, Yogyakarta: LKPSM, 2001, hlm. 23-24

Amelia A. Yani, Achmad Yani Tumbal Revolusi, Yogyakarta: Galangpress, 2007, hlm. 18

(Sumber pustaka dan arsip diterbitkan dalam Kuncoro Hadi, dkk, Kronik'65 (Yogyakarta: Media Pressindo, 2017), hlm. 237-239)

Tribunnewswiki.com terbuka dengan data baru dan usulan perubahan untuk memperkaya informasi.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)



Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer