Saat Letjen Ahmad Yani muncul, Ruswad segera memberitahu bahwa Presiden Sukarno sangat membutuhkan Letjen Ahmad Yani sekarang juga.
Baca: Burhan Kampak, Algojo yang Membunuh Orang PKI Usai G30S : Daripada Dibunuh, Lebih Baik Membunuh
Baca: Dokter Otopsi Ungkap Kondisi Jasad Korban G30S, Berbeda dengan Pernyataan Soeharto : Tak Ada Siksaan
Yani kemudian minta izin untuk mandi dan berganti pakaian, namun permintaannya ditolak.
Ketika Yani meminca izin untuk berganti pakaian, hal ini juga ditolak.
Letjan Yani geram dan memukul salah seorang di antara mereka. Yani kembali ke kamar dan langsung menutup pintu kaca.
Saat itulah, Raswad memerintahkan Sersan Dua Gijadi untuk menembak.
Tujuh peluru menembus kaca dan akhirnya membunuh Yani.
Jenasah Letjen Ahmad Yani kemudian diseret dengan pososo badan dan kepalanya berada di lantai.
Benedict Anderson dan Ruth McVey, A Preliminary Analysis of the October 1, 1965, Coup in Indonesia, a.b. Galuh HE Akoso dan Yeri Ekomunajat, Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Analisis Awal, Yogyakarta: LKPSM, 2001, hlm. 23-24
Amelia A. Yani, Achmad Yani Tumbal Revolusi, Yogyakarta: Galangpress, 2007, hlm. 18
(Sumber pustaka dan arsip diterbitkan dalam Kuncoro Hadi, dkk, Kronik'65 (Yogyakarta: Media Pressindo, 2017), hlm. 237-239)
Tribunnewswiki.com terbuka dengan data baru dan usulan perubahan untuk memperkaya informasi.