Korea Selatan Kerahkan 6 Pesawat dan 45 Kapal untuk Cari Pejabatnya yang Dibunuh Korea Utara

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapal patroli perikanan Mugunghwa 10 terlihat di lepas pantai Pulau Yeonpyeong pada 24 September 2020 setelah pejabat perikanan Korea Utara menghilang dari kapal patroli di dekat pulau tersebut. Militer Korea Selatan mengatakan pejabat itu ditembak mati dan dibakar tubuhnya oleh pasukan Korea Utara di lautan sebagai tindakan pencegahan penyebaran virus corona.

Mereka mendesak Korut untuk meminta maaf dan melakukan tindakan agar kejadian seperti itu tidak terulang di masa depan.

Berdasarkan sumber intelijen, militer mengatakan pria tak dikenal itu sepertinya sudah ditanyai di laut, sebelah utara Garis Batas Utara dan sekitar 38 km dari tempat dia hilang.

Dia ditanyai sebelum dieksekusi atas "perintah dari pihak berwenang yang lebih tinggi".

Badan pria itu disiram minyak oleh pasukan yang memakai masker gas, dan dia kemudian dibakar.

Presiden Korsel Moon Jae-in mengatakan penembakan yang dilakukan Korut terhadap warga Korut "tidak dapat dimaafkan" dan "mengejutkan", menurut kantor berita Yonhap yang mengutip ucapan juru bicara kepresidenan.

Dari kiri ke kanan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. dan Presiden Korea Selatan Moon Jae In. Ketiga pemimpin negara tersebut tengah berdialog di area Panmunjom atau Zona Demiliterisasi (DMZ) Korea Utara-Korea Selatan pada Minggu, (30/30/6/2019). (Official White House/Shealah Craighead)

Moon juga meminta milter Korsel untuk mengetatkan kewaspadaan agar bisa melindungi warganya.

Militer mengatakan mereka telah mengirim pesan ke Korea Utara pada Rabu, (23/9/2020), melalui perbatasan darat.

Melalui surat itu mereka meminta penjelasan, tetapi belum ada tanggapan apa pun.

"Militer kami mengutuk keras kekejaman seperti itu dan meminta Korut memberikan penjelasan dan menghukum mereka yang bertanggung jawab," kata Jenderal Ahn Young-ho.

Ketakutan terhadap Covid-19

Komandan militer Amerika Serikat (AS) di Korea Selatan mengatakan pada bulan ini pasukan Korut telah diberikan "perintah tembak mati" untuk mencegah virus corona memasuki negara pimpinan Kim Jong-un.

Perintah tersebut mungkin adalah sebuah usaha agar parade militer besar yang akan dilaksanakan pada 10 Oktober mendatang tidak diganggu wabah corona.

Pada hari tersebut, Korut akan memperingati berdirinya Partai Buruh Korea.

Hal ini diungkapkan oleh Chad O'Carrol, CEO Korea Risk Group yang mengamati Korut.

"Dalam banyak hal, parade ini memiliki risiko [penyebaran] virus yang sangat besar," kata dia melalui Twitter.

Pada bulan Juli, seorang pria yang menyeberang ke Korsel tiga tahun yang lalu memicu ketakutan terhadap virus corona ketika dia kembali ke perbatasan Korut yang diawasi ketat.

Kedatangannya membuat para pejabat Korea Utara mengunci kota perbatasan dan mengarantina ribuan orang karena takut pria itu membawa virus corona.

Pekan lalu, polisi Korsel juga menangkap seseorang yang akan menyeberang ke Korut secara ilegal.

(Tribunnewswiki/Tyo)



Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer