Korea Selatan Kerahkan 6 Pesawat dan 45 Kapal untuk Cari Pejabatnya yang Dibunuh Korea Utara

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapal patroli perikanan Mugunghwa 10 terlihat di lepas pantai Pulau Yeonpyeong pada 24 September 2020 setelah pejabat perikanan Korea Utara menghilang dari kapal patroli di dekat pulau tersebut. Militer Korea Selatan mengatakan pejabat itu ditembak mati dan dibakar tubuhnya oleh pasukan Korea Utara di lautan sebagai tindakan pencegahan penyebaran virus corona.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Korea Selatan (Korsel) pada Senin, (28/9/2020), memperluas pencarian terhadap pejabatnya yang diduga dibunuh pasukan Korea Utara (Korut) pekan lalu.

Sementara itu, Korut menuduh Korsel telah meningkatkan ketegangan karena memasuki wilayah lautnya.

Militer Korsel menuduh pasukan Korut membunuh pejabat itu, menyiraminya dengan minyak, dan membakarnya di dekat perbatasan laut kedua negara.

Dilansir dari Channel News Asia, (28/9/2020), para pejabat di Seoul menyerukan Korut agar setuju untuk melakukan penyelidikan bersama atas insiden tersebut.

Kim Jong Un, pemimpin tertinggi Korut, sempat meminta maaf dan berkata bahwa pembunuhan itu seharusnya tidak terjadi.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada Senin, (28/9/2020), mengatakan hotline militer dengan Korea Utara harus dipulihkan agar mencegah insiden yang tidak inginkan.

Baca: Militer Korea Selatan Sebut Pasukan Korea Utara Bunuh Pejabat Korsel yang Hilang, Tubuhnya Dibakar

Presiden Korea Selatan Moon Jae In - berbicara dalam video konferensi bersama EU Council Presiden Charles Michel dan European Commission Presiden Ursula von der Leyen di Gedung Biru, Seoul, Selasa (30/6/2020). (AFP/Yonhap)

Korut memutus hotline antar-Korea pada tahun ini karena hubungannya dengan Korsel memburuk.

Moon menyebut permintaan maaf Kim "belum pernah terjadi sebelumnya, sangat langka dan spesial" dan menjadi tanda bahwa Korut tak ingin memperburuk hubungan.

Dia juga mengatakan komunikasi harus berlanjut agar mencegah masalah-masalah di masa depan.

Namun, Korut belum menanggapi pemintaan untuk melakukan penyelidikan bersama.

Pada Minggu lalu, media pemerintah Korut mengeluarkan pernyataan yang berisi keluhan, karena operasi angkatan laut Korsel memasuki wilayah laut Korut dan meningkatkan ketegangan.

Korut menyangkal tuduhan ini dan mengatakan mereka tidak pernah melewati Garis Perbatasan Utara.

Baca: Pejabat Korea Selatan Dibunuh Secara Brutal Kemudian Dibakar oleh Pasukan Korea Utara

Dalam foto yang diambil pada 25 Agustus 2020 dan dirilis oleh media Korea Utara KCNA pada 26 Agustus 2020, nampak Kim Jong Un (tengah) berbicara dalam pertemuan komite pusat Partai Buruh Korea di Pyongyang. (AFP/KCNA VIA KNS/STR)

"Kami tak pernah melewati Garis Perbatasan Utara sampai ke wilayah [Korea] Utara, tetapi ada perbedaan mengenai bagaimana dua Korea menandai perairannya," kata Penjaga Pantai Korea Selatan Letnan Lee Hong-chear merujuk pada garis perbatasan laut yang disengketakan.

Setidaknya ada enam pesawat dan 45 kapal yang disertakan dalam pencarian, termasuk 36 kapal penjaga pantai dan angkatan laut, dan sembilan perahu dari Kementerian Perikanan dan pihak swasta.

Korea Utara pada hari Minggu juga mengatakan menggelar pencarian jenazah pejabat tersebut, dan akan menyerahkannya jika menemukan.

Kronologi

Dilansir dari Reuters, (24/9/2020), militer Korsel mengatakan bukti menunjukkan pejabat tersebut berusaha menyeberang ke Korea Utara ketika dia dilaporkan hilang dari kapal ikan pada Senin, (24/9/2020), sekitar 10 km di selatan Garis Perbatasan Utara.

Militer Korsel belum mengetahui alasan pasti pejabat berusia 47 tahun itu ditembak.

Namun, militer Korsel mengatakan pasukan Korut sepertinya bertindak di bawah perintah pengendalian virus corona.

Kantor kemanan nasional di Gedung Biru (kantor kepresidenan) mengatakan pembunuhan itu merupakan "kejahatan kemanusiaan".

Mereka mendesak Korut untuk meminta maaf dan melakukan tindakan agar kejadian seperti itu tidak terulang di masa depan.

Berdasarkan sumber intelijen, militer mengatakan pria tak dikenal itu sepertinya sudah ditanyai di laut, sebelah utara Garis Batas Utara dan sekitar 38 km dari tempat dia hilang.

Dia ditanyai sebelum dieksekusi atas "perintah dari pihak berwenang yang lebih tinggi".

Badan pria itu disiram minyak oleh pasukan yang memakai masker gas, dan dia kemudian dibakar.

Presiden Korsel Moon Jae-in mengatakan penembakan yang dilakukan Korut terhadap warga Korut "tidak dapat dimaafkan" dan "mengejutkan", menurut kantor berita Yonhap yang mengutip ucapan juru bicara kepresidenan.

Dari kiri ke kanan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. dan Presiden Korea Selatan Moon Jae In. Ketiga pemimpin negara tersebut tengah berdialog di area Panmunjom atau Zona Demiliterisasi (DMZ) Korea Utara-Korea Selatan pada Minggu, (30/30/6/2019). (Official White House/Shealah Craighead)

Moon juga meminta milter Korsel untuk mengetatkan kewaspadaan agar bisa melindungi warganya.

Militer mengatakan mereka telah mengirim pesan ke Korea Utara pada Rabu, (23/9/2020), melalui perbatasan darat.

Melalui surat itu mereka meminta penjelasan, tetapi belum ada tanggapan apa pun.

"Militer kami mengutuk keras kekejaman seperti itu dan meminta Korut memberikan penjelasan dan menghukum mereka yang bertanggung jawab," kata Jenderal Ahn Young-ho.

Ketakutan terhadap Covid-19

Komandan militer Amerika Serikat (AS) di Korea Selatan mengatakan pada bulan ini pasukan Korut telah diberikan "perintah tembak mati" untuk mencegah virus corona memasuki negara pimpinan Kim Jong-un.

Perintah tersebut mungkin adalah sebuah usaha agar parade militer besar yang akan dilaksanakan pada 10 Oktober mendatang tidak diganggu wabah corona.

Pada hari tersebut, Korut akan memperingati berdirinya Partai Buruh Korea.

Hal ini diungkapkan oleh Chad O'Carrol, CEO Korea Risk Group yang mengamati Korut.

"Dalam banyak hal, parade ini memiliki risiko [penyebaran] virus yang sangat besar," kata dia melalui Twitter.

Pada bulan Juli, seorang pria yang menyeberang ke Korsel tiga tahun yang lalu memicu ketakutan terhadap virus corona ketika dia kembali ke perbatasan Korut yang diawasi ketat.

Kedatangannya membuat para pejabat Korea Utara mengunci kota perbatasan dan mengarantina ribuan orang karena takut pria itu membawa virus corona.

Pekan lalu, polisi Korsel juga menangkap seseorang yang akan menyeberang ke Korut secara ilegal.

(Tribunnewswiki/Tyo)



Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer