Investasi berlebihan di pasar saham atau real estate diibaratkan seperti gelembung yang bisa membesar.
Ketika gelembung meletus, terjadi penjualan dadakan yang dapat menghancurkan pasar dan menyebabkan resesi.
Inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik seiring waktu. Inflasi bukanlah hal yang buruk. Tetapi, inflasi yang berlebihan adalah fenomena yang berbahaya.
Bank sentral mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga. Dan, suku bunga yang lebih tinggi menekan kegiatan ekonomi.
Pada 1970-an, inflasi yang tidak terkendali menjadi masalah di AS. Bank sentral AS, The Fed pun dengan cepat menaikkan suku bunga, yang menyebabkan resesi.
Deflasi adalah ketika harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah berkontraksi, yang selanjutnya menekan harga.
Ketika siklus deflasi tidak terkendali, orang-orang dan bisnis berhenti belanja, yang akibatnya merongrong perekonomian.
Contohnya, pada 1990-an, Jepang harus berjuang melawan deflasi yang membuatnya terpuruk dalam resesi.
Penemuan baru meningkatkan produktivitas dan membantu perekonomian dalam jangka panjang.
Tetapi ,mungkin ada periode jangka pendek penyesuaian terhadap terobosan teknologi.
Pada abad ke-19, Revolusi Industri membuat seluruh profesi tergusur teknologi, memicu resesi dan masa-masa sulit.
Saat ini, beberapa ekonom khawatir, kecerdasan buatan (AI) dan robot bisa menyebabkan resesi dengan menghilangkan seluruh kategori pekerjaan.
Baca: Resesi
Akibat resesi sangat terasa dan efeknya bersifat domino pada kegiatan ekonomi.
Contohnya, ketika investasi anjlok saat resesi, secara otomatis akan mengilangkan sejumlah lapangan pekerjaan yang membuat angka PHK naik signifikan.
Produksi atas barang dan jasa juga merosot sehingga menurunkan PDB nasional.