Menurut dia, bila memang akhirnya RI harus mengalami resesi pada kuartal III tahun ini, hal itu bukan akhir dari segalanya.
Baca: Resesi
Mantan Menkopolhukam ini mengatakan jika pemerintah Bersama dengan masyarakat akan bekerja sekuat tenaga agar kinerja perekonomian Indonesia tak terperosok terlalu dalam pada kuartal ini.
"Kita juga jangan terus ditakut-takuti. Kalaupun sampai negatif di kuartal III ini.
Kita berjuang sekuatnya sehingga nanti kuartal III bisa mendekati 0 atau minus nol koma sekian persen," ujar Luhut ketika meluncurkan program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, Minggu (30/8/2020).
Dia menambahkan, jika nanti akhirnya Indonesia mengalami resesi, itu bukanlah akhir dari segalanya.
"Kalaupun terjadi (resesi), itu bukan akhir dari segala-galanya," tambah dia.
Baca: 6 Negara Maju yang Mengalami Resesi Akibat Pandemi Covid-19, dari Korsel hingga Amerika Serikat
Menurut Luhut, kunci untuk bisa menjaga kinerja pemulihan ekonomi di kuartal III ini adalah baik pemerintah dan masyarakat serta pelaku usaha kompak bekerja sama, serta melakukan inovasi dan menjaga optimisme.
Dia mengatakan serapan anggaran pemulihan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang mencapai 25 persen dari keseluruhan anggaran Rp Rp 695,2 triliun akan terus didorong lebih cepat.
"Sebagaimana langkah strategis sudah dilakukan percepatan APBN dan PEN.
Komite Penanganan Covid-19 dan PEN telah membuahkan banyak hal positif dengan inovasi macam-macam tidak hanya bekerja dengan apa yang ada tapi melihat peluang dalam berbagai kendala," ujar Luhut.
Luhut pun mengaku baru saja melakukan diskusi dengan pihak Bank Dunia melalui sambungan telepon.
Luhut mengatakan, Bank Dunia mengapresiasi pelaksanaan program penanganan Covid-19 dan PEN di Indonesia.
"Sepanjang kita masih kerja sama seperti ini, trajectory dari apa yang kita lakukan, langkah kita sudah benar disiplin sudah benar, tidak perlu ada ketakutan, optimisme harus kita pelihara," ujar dia.
Sebagai informasi, Resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
Resesi dapat memicu penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.
Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau, kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi.
Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi.
Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse).
(Tribunnewswiki.com/Tyo/SO/Putradi/Kompas.com/Mutia Fauzia/Ihsanuddin)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ancaman Resesi, Luhut: Jangan Terus Ditakut-takuti..." dan "Jokowi: Hanya Ekonomi Papua dan Papua Barat yang Tumbuh Positif "