Jokowi Sebut Hanya Papua dan Papua Barat yang Catat Kinerja Ekonomi Positif, Bali Terparah

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Jokowi saat memimpin Rapat Terbatas tentang penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (3/8/2020). Jokowi pada Selasa, (1/9/2020), mengatakan hanya Papua dan Papua Barat yang ekonominya berkinerja positif pada kuartal II tahun 2020.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pandemi virus corona memukul kuat sektor ekonomi dan hampir semua provinsi di Indonesia mencatat kinerja ekonomi negatif.

Hanya ada dua provinsi Indonesia yang mencatat pertumbuhan ekonomi positif, yakni Papua dan Papua Barat, pada kuartal kedua tahun 2020.

Papua berkinerja tertinggi, 4,25 persen, sedangkan Papua Barat 0,25 persen.

Hal ini dikatakan oleh Presiden Joko Widodo ketika memberi pengarahan kepada para gubernur melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan, Selasa (1/9/2020).

“Provinsi yang tertinggi pertumbuhan ekonominya adalah Papua 4,25 persen, Papua Barat 0,25 persen, yang positif hanya Papua dan Papua Barat,” kata Jokowi, dikutip dari Kompas.

Baca: Jika Nanti Indonesia Resesi, Menko Maritim Luhut Binsar: Bukan Akhir Segalanya

Presiden Joko Widodo meninjau progres penanganan Covid-19 di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Rabu (10/6/2020). (TRIBUNNEWS/SETPRES/AGUS SUPARTO)

Sulawesi Tengah menjadi provinsi dengan kinerja terbaik ketiga, yakni dengan minus sebesar 0,06 persen.

Sementara itu, Bali menjadi provinsi yang perekonomiannya terdampak pandemi paling parah.

Pada kuartal II, Pulau Dewata mengalami kontraksi 10,98 persen.

“Ini karena memang turis wisata itu betul-betul sangat mendominasi ekonomi di Bali, sehingga kelihatan sekali pertumbuhan ekonomi di Bali berkontraksi begitu sangat tajam,” kata Jokowi.

Selain itu, ada dua provinsi lain yang perekonomiannya terkontraksi cukup dalam, yakni DKI Jakarta dan DI Yogyakarta.

Pertumbuhan ekonomi di Ibu Kota minus 8,22 persen, sedangkan DIY minus 6,74 persen.

Baca: Indonesia di Ambang Resesi, Wamenkeu Suahasil Nazara: Jangan Khawatir soal Label Resesi

Adapun secara nasional, ekonomi RI terkontraksi ke minus 5,32 persen pada kuartal II-2020.

Jokowi mengingatkan bahwa Indonesia bisa masuk ke jurang resesi jika ekonomi pada kuartal III kembali terkontraksi.

Oleh karena itu, Jokowi meminta pemerintah daerah untuk mempercepat realisasi belanja modal, barang dan jasa, serta bantuan sosial.

Kepala Negara merasa yakin bahwa belanja pemerintah dapat membantu Indonesia menghindari resesi ekonomi.

"Terutama yang berkaitan dengan belanja barang, belanja modal, belanja bansos ini betul-betul disegerakan sehingga bisa meningkatkan konsumsi masyarakat dan memulihkan ekonomi di daerah,” kata Jokowi.

Baca: Breaking: Terburuk Sejak 1998, Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal 2 2020 Minus 5,32 Persen. Siap Resesi?

Jika Nanti Indonesia Resesi, Menko Maritim Luhut Binsar: Bukan Akhir Segalanya

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengaku optimistis dengan kinerja perekonomian Indonesia pada kuartal III ini.

Dia menilai, seharusnya masyarakat tidak ditaku-takuti dengan berbagai proyeksi perekonomian yang menyatakan kuartal III kali ini akan resesi.

Menurut dia, bila memang akhirnya RI harus mengalami resesi pada kuartal III tahun ini, hal itu bukan akhir dari segalanya.

Baca: Resesi

Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan memberikan keterangan pers di Kantor Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Senin (9/3/2020). (Kompas.com)

Mantan Menkopolhukam ini mengatakan jika pemerintah Bersama dengan masyarakat akan bekerja sekuat tenaga agar kinerja perekonomian Indonesia tak terperosok terlalu dalam pada kuartal ini.

"Kita juga jangan terus ditakut-takuti. Kalaupun sampai negatif di kuartal III ini.

Kita berjuang sekuatnya sehingga nanti kuartal III bisa mendekati 0 atau minus nol koma sekian persen," ujar Luhut ketika meluncurkan program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, Minggu (30/8/2020).

Dia menambahkan, jika nanti akhirnya Indonesia mengalami resesi, itu bukanlah akhir dari segalanya.

"Kalaupun terjadi (resesi), itu bukan akhir dari segala-galanya," tambah dia.

Baca: 6 Negara Maju yang Mengalami Resesi Akibat Pandemi Covid-19, dari Korsel hingga Amerika Serikat

Ilustrasi resesi ekonomi. Ada enam negara maju yang resmi mengalami resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19 (Pixabay/Tribun Bali)

Menurut Luhut, kunci untuk bisa menjaga kinerja pemulihan ekonomi di kuartal III ini adalah baik pemerintah dan masyarakat serta pelaku usaha kompak bekerja sama, serta melakukan inovasi dan menjaga optimisme.

Dia mengatakan serapan anggaran pemulihan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang mencapai 25 persen dari keseluruhan anggaran Rp Rp 695,2 triliun akan terus didorong lebih cepat.

"Sebagaimana langkah strategis sudah dilakukan percepatan APBN dan PEN.

Komite Penanganan Covid-19 dan PEN telah membuahkan banyak hal positif dengan inovasi macam-macam tidak hanya bekerja dengan apa yang ada tapi melihat peluang dalam berbagai kendala," ujar Luhut.

Luhut pun mengaku baru saja melakukan diskusi dengan pihak Bank Dunia melalui sambungan telepon.

Luhut mengatakan, Bank Dunia mengapresiasi pelaksanaan program penanganan Covid-19 dan PEN di Indonesia.

"Sepanjang kita masih kerja sama seperti ini, trajectory dari apa yang kita lakukan, langkah kita sudah benar disiplin sudah benar, tidak perlu ada ketakutan, optimisme harus kita pelihara," ujar dia.

 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membuka program Packaging Recovery Organization (PRO) secara fisik, di Jakarta, Selasa (25/8/2020). (Dokumentasi Humas Kemenko Kemaritiman dan Investasi)

Sebagai informasi, Resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

Resesi dapat memicu penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.

Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau, kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi.

Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi.

Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse).

 

(Tribunnewswiki.com/Tyo/SO/Putradi/Kompas.com/Mutia Fauzia/Ihsanuddin)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ancaman Resesi, Luhut: Jangan Terus Ditakut-takuti..." dan "Jokowi: Hanya Ekonomi Papua dan Papua Barat yang Tumbuh Positif "


Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer