Berhasil Kabur dari Serangan di Masjid Selandia Baru, Abdiaziz Ali: Saya Melihat Banyak Orang Mati

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FOTO: Maysoon Salama (kanan), pada penyintas dan anggota keluarga dari serangan masjid Christchurch tiba di luar Pengadilan Tinggi Christchurch menjelang hari pertama dari empat hari sidang vonis warga Australia, Brenton Tarrant di Christchurch pada 24 Agustus 2020.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Abdiaziz Ali Jama, perempuan asal Somalia menceritakan dampak yang ia rasakan di sidang vonis pengadilan tinggi Christchurch atas terdakwa Brenton Tarrant, pelaku penembakan masjid di Selandia Baru.

Ia kehilangan saudara iparnya saat melangsungkan ibadah Jumat di masjid.

Perempuan berusia 44 tahun itu merupakan imigran Somalia yang menjalani kehidupan baru di Selandia Baru.

Peringatan: Isi berita di bawah ini berisi rincian peristiwa yang dimungkinkan dapat membuat rasa tidak nyaman bagi pembaca.

Disclaimer: Tribunnewswiki.com tidak menyediakan gambar Abdiaziz Ali Jama karena keterbatasan hak cipta.

Baca: Anaknya Tewas dalam Penembakkan Masjid di Selandia Baru, Maysoon Salama: Hatiku Hancur Jutaan Kali

FOTO: Terlihat petugas kepolisian bersiaga di depan Gedung Pengadilan Tinggi Christchurch, Selandia Baru, saat sidang vonis terdakwa Brenton Tarrant, pelaku penembakan di masjid Selandia Baru. (Sanka VIDANAGAMA / AFP)

Bersama keluarganya, Abdiaziz hidup di negara Kiwi sudah hampir 30 tahun.

"Saat itu saya berada di masjid dengan kakak ipar laki-laki dan saudara perempuan saya.. saya duduk di dekat adik ipar saya," katanya.

"Saya mendengar suara tembakan, melihat kakak ipar dan dua pria lainnya ditembak, saya lari ke luar masjid melalui jendela yang pecah, ke tempat parkir belakang"

"Saya mencoba memanjat tembok yang tinggi .. Saya berlari dan bersembunyi di balik mobil dan tempat parkir sampai saudara perempuan saya datang dan menemukan saya," imbuhnya.

Meskipun Abdiaziz tidak terluka secara fisik dalam serangan itu, ia mengaku menderita.

"Saya menderita trauma psikis yang parah," katanya.

"Saya melihatnya langsung .. Suara tembakan di kepala saya. Saya melihat banyak orang mati. Saya selalu ketakutan saat malam hari".

Sebagai informasi, tragedi penembakkan dua masjid di Selandia Baru menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban dan mereka yang selamat.

Pengadilan tinggi Christchurch mendatangkan 60 penyintas dan keluarga untuk menyampaikan dampak yang mereka rasakan atas insiden yang terjadi pada Jumat 15 Maret 2019 di tengah berlangsungnya ibadah umat Muslim.

Baca: Imam Masjid Al Noor, Gamal Fouda di Hadapan Terdakwa Brenton Tarrant: Kau itu Sesat dan Salah Arah

FOTO: Para petugas kepolisian terlihat mengamankan Gedung Pengadilan Tinggi Christchurch saat sidang vonis terdakwa Brenton Tarrant, pelaku penembakan dua masjid di Selandia Baru. (Sanka VIDANAGAMA / AFP)

"Saya mendengar suara tembakan dan sesekali melihat pelakunya"

"Saya tidak akan pernah melupakan apa yang saya lihat hari itu, dan (tidak pernah) menghapus ingatan itu dari pikiran saya," ungkapnya.

Kepada pengadilan, Abdiaziz mengaku sampai harus mengonsumsi obat agar dirinya bisa lelap tertidur saat ingatan tersebut terus menghantui.

Ia ikut sedih melihat saudara perempuannya menjadi janda.

"Setiap hari saya sedih melihat saudara perempuan saya .. suaminya adalah bagian terbesar dari hidup kami dan kami benar-benar butuh dia," jelasnya.

Halaman
1234


Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Putradi Pamungkas

Berita Populer