Dokter Jerman curiga ia diracun, tapi tidak ada jejak untuk temukan racunnya.
"Gejala yang kurasakan di jam-jam awal saat aku diracun SANGAT mirip dengan apa yang terjadi kepada Navalny saat ini," tulis Verzilov di Twitter Kamis kemarin.
Layaknya Verzilovw, Navalny diharapkan mendapat perawatan di Berlin.
Namun tidak ada jaminan ia tetap aman di sana.
Namun kejadian mengerikan adalah di tahun 2006, mantan mata-mata Rusia Alexander Litvinenko dijamu teh dalam pertemuan dengan dua mantan agen Rusia di sebuah hotel di pusat kota London.
Pria itu telah lama hidup dalam pengasingan di Inggris sejak 2000 setelah ia menjadi kritikus Putin.
Hancurkan Organ Vital Perlahan
Selanjutnya setelah pertemuan itu, Litvinenko menjadi sakit dan dirawat di rumah sakit selama 3 minggu.
Salah satu anggota tim medisnya, Amit Nathwani mengatakan kepada BBC jika "organ vitalnya hancur dalam pola yang teratur."
Investigator Inggris kemudian menyimpulkan jika Litvinenko telah diracun dengan bahan radioaktif polonium-210 yang membunuhnya dengan pelan.
Ia akhirnya meninggal karena sindrom radiasi akut.
Pihak Inggris menyimpulkan agen Rusia terlibat dengan hal ini, dan Putin telah menyetujuinya. Kremlin menampik hal itu.
Andrei Soldatov, jurnalis Rusia yang membantu menulis mengenai buangan Rusia, mengatakan Moskow dan sekutunya telah menggunakan racun untuk menghantam target mereka selama Perang Dingin.
"KGB lama Soviet telah memperbaiki strategi ini menjadi sempurna," ujar Soldatov.
"Racun itu unik karena korban tidak menderita sendiri. Keluarga dan teman-temannya juga mengalami pengalaman mengerikan melihat mereka menderita."
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Bikin Organ Vital Hancur Secara Perlahan, Ini Alasan Putin Rajin Berkali-kali Gunakan Racun untuk Menghantam Lawan Politiknya