"Jika Anda adalah rezim yang bersedia untuk membunuh musuh di dalam dan luar negeri, Anda harus memutuskan prioritas Anda: kemudahan, kehalusan atau sandiwara," ujar Mark Galeotti, direktur firma Mayak Intelligence di London.
"Untuk alasan kedua dan ketiga, racun adalah alat yang tepat."
Semenjak Navalny jatuh koma, kritik untuk pemerintah Rusia terutama kepada Putin telah menjalar ke mana saja.
Baca: Jelang Pilres AS 2020, Gedung Putih Sebut China dan Rusia Hendak Melemahkan Capres Trump dan Biden
Ada yang menganggap Putin memang terlibat langsung dalam upaya peracunan itu.
Jika dilihat Putin memang memiliki latar belakang mata-mata Soviet, menjadikannya sosok yang mahir dan tahu jenis-jenis racun.
Ada juga yang berargumen Putin 'tidak sepenuhnya salah' dan hanya sebabkan atmosfer tanpa hukum di mana rekan-rekannya merasa tindakan meracuni orang lain tidak akan dihukum.
"Entah Putin secara pribadi terlibat atau tidak dalam hal ini, ia memang di balik semua upaya untuk mempertahankan kontrol melalui intimidasi dan pembunuhan," ujar John Sipher, eks-pemegang komando pangkalan CIA di Moskow.
Navalny tidak memiliki musuh tertentu, tapi upaya meracuni orang memerlukan pemahaman tertentu dan rencana yang rumit.
Sementara itu Tatiana Stanovaya, akademisi di Carnegie Moscow Center, menulis postingan publik di Telegram yang mengatakan: "apapun motifnya entah pembunuhan berencana atau taktik menakut-nakuti, tindakan meracuni selalu berhubungan dengan jasa keamanan."
Bukti-bukti Putin 'Rajin' Meracun Lawan Politik
Baca: Vladimir Putin Umumkan Vaksin Covid-19 Buatan Rusia Efektif Kembangkan Imun Tubuh Relawan
Selanjutnya ada bukti kuat lagi bahwa Putin memang 'rajin' meracuni musuh-musuhnya.
Tahun 2004, saat masa jabatan pertama Putin sebagai pemimpin Rusia, jurnalis investigasi Anna Politkovskaya mengklaim ia telah sengaja diracun setelah meminum segelas teh di penerbangan domestik.
Ia selamat, tapi kurang dari dua tahun kemudian, Politkovskaya ditembak mati di luar apartemennya di Moskow.
Walau 5 orang dinyatakan bersalah untuk melakukan pembunuhan itu, tidak ada yang didakwa telah menyuruh hal tersebut untuk dilakukan.
Selanjutnya seorang aktivis oposisi Vladimir Kara-Murza Jr. mengatakan bahwa ia telah diracun dua kali.
Yang pertama adalah pada 2015 dan yang kedua pada 2017.
Racun di tahun 2015 sebabkan ia menderita gagal ginjal, sedangkan racun di tahun 2017 sebabkan ia koma berkepanjangan.
"Terlepas dari betapa sadis, betapa sakit dan kemungkinan sembuh yang kecil, metode racun memberi pihak berwenang kemampuan menampik dengan jangka waktu tertentu," tulis Kara-Murza di kolom opini The Washington Post.
Baca: Ketegangan Diplomatik Meninggi, China dan Rusia Kompak Sebut AS sebagai Biang Kisruh di Negara Lain
Kemudian aktivis Pyotr Verzilov, ia diterbangkan ke Berlin untuk perawatan sejak jatuh sakit di tahun 2018.
Ia menyalahkan pihak berwenang Rusia, yang menolak keterlibatan apapun.