Menyusul jatuh sakitnya oposisi pemerintah Rusia itu, langsung muncul isu penggunaan racun.
Pasalnya, Navalny merupakan sosok yang kerap melontarkan kritik pada Kremlin dan Presiden Vladimir Putin.
Ketika ia jatuh sakit, sang penasihat langsung menaruh kecurigaan Alexei Navalny diracun, seperti diberitakan Intisari Online, Senin (24/8/2020).
Isu ini langsung menyebar dan menjadi pembicaraan di berbagai media.
Tak mengherankan, mengingat Presiden Rusia, Vladimir Putin, dilaporkan kerap menggunakan racun untuk menyerang lawan politik.
Putin adalah salah satu pemimpin negara yang kontroversial, ia terkenal 'membungkam' kritik lawan politiknya dengan racun.
Budaya Pembunuhan dengan Racun Sudah Lama Ada di Rusia
Baca: Tolak Tawaran Vaksin Covid-19 Rusia, AS: Tak Mungkin AS Coba Vaksin Rusia ke Monyet, Apalagi Manusia
Budaya membunuh rival politik dengan racun sudah lama ada di Rusia, salah satunya yang terjadi di tahun 1453.
Pada tahun itu, Dmitry Shemyaka, penasihat kerajaan Moskow, menyantap hidangan ayam untuk makan malam dan 12 hari setelahnya ia menderita dalam rasa sakit luar biasa kemudian ia meninggal.
Rupanya juru masaknya telah disuap oleh musuh politiknya dan menaruh racun di hidangannya.
Memang budaya ini sudah lama ditinggalkan, tapi ancaman ini tetap hidup terutama di era Vladimir Putin.
Sakitnya Navalny dan Pola 'Serangan Racun' yang Sudah Ada
Baca: Di Tengah Konflik dengan AS dan India, Xi Jinping Jalin Kesepakatan dengan Vladimir Putin
Memang, jatuh sakitnya Alexei Navalny tidak bisa serta merta dianggap tindakan Putin meracuni lawan politiknya.
Namun, kejadian itu cocok dengan pola yang sudah umum terjadi di sekitar Putin.
Navalny (44) jatuh sakit Kamis lalu setelah terbang dari bandara Siberia.
Ia sekarang berada dalam kondisi koma, dan stafnya mengatakan ia telah diracun.
Namun pemerintah menampik hal itu dan kemudian melarang perpindahannya ke luar negeri untuk diobati.
Tindakan meracuni orang lain memang terlihat cara kuno untuk membunuh, terutama ketika kritikus Kremlin lain telah ditembak mati.
Namun kebingungan dan intrik yang ditimbulkan metode ini menjadi alasan mengapa Putin senang menggunakannya.