Terkadang obat itu bisa memperparah gejala kolitis ulserativa.
Pengobatan lain termasuk obat-obatan imunosupresan yang membutuhkan kehati-hatian adalam pengawasan.
Obat itu hanya digunakan apabila pasien tidak merespons pengobatan lain.
Pengobatan yang paling ekstrem adalah pengangkatan usus besar.
Namun, tetap bisa dikontrol, kolitis ulserativa memiliki dampak kecil pada aktivitas sehari-hari, di antaranya flare-up yang dapat disebabkan oleh stres.
Baca: Jepang Sukses Redam Covid-19, Meski Enggan Patuhi Semua Saran WHO dan Tidak Lakukan Lockdown
Beberapa pasien sering menjalani kolonoskopi, misal setiap enam bulan, untuk mengecek ada tidaknya kanker.
Abe menjalani pemeriksaa fisik komprehensif dua kali setahun.
Pada tahun 2017, Abe mengatakan pengobatannya menambah nafsu makannya.
"Saya sekarang harus khawatir mengenai masalah yang pernah saya pikir sepenuhnya tidak berkaitan dengan saya, termasuk bertambahnya lemak visceral, khawatir akan lemak tubuh, dan level kolesterol sata. Saya mencapai batas atas pada tes tiap masalah itu," kata dia.
Abe hingga kini memegang rekor sebagai Perdana Menteri Jepang yang menjabat paling lama.
Namun, belakangan ini, Abe dikritik atas penanganan wabah virus corona Jepang.
Dia juga dikritik karena adanya beberapa skandal.
Baca: Jepang Awasi Aktivitas Membahayakan yang Dilakukan China di Laut Perbatasan India-Hong Kong
Dukungan terhadapnya menurun ke salah satu level terendah sejak dia kembali menjabat untuk kedua kalinya pada tahun 2012.
Saat itu, berjanji membangktkan ekonomi dan memperkuat pertahanan.