Shinzo Abe mengatakan dirinya ingin menjaga kesehatan dan melakukan yang terbaik dalam pekerjaanya.
Dilansir dari Reuters, (24/8/2020), kunjungan keduanya ke rumah sakit dalam beberapa hari ini memicu kekhawatiran mengenai kesehatannya.
Ada spekulasi bahwa Abe mungkin mengundurkan diri karena masalah kesehatan.
Dia sempat berbicara kepada wartawan setelah kembali ke kediaman resminya.
Lalu bagaimana dengan kesehatannya?
Baca: Ada Pandemi Covid-19, Peringatan 75 Tahun Bom Atom Hiroshima Digelar Terbatas di Jepang
Reuters memberitakan Abe menderita kolitis ulserativa kronis dan dia sudah menderita penyakit itu sejak sekolah menengah.
Flare-up pada tahun 2007 memaksanya mundur dari jabatan sebagai perdana menteri.
Para pejabat menolak berkomentar secara mendetail mengenai kesehatan Abe.
Mereka berkata bahwa kunjungan dia pada Senin ini berkaitan dengan pengecekan pekan lalu.
Pengecekan itu sendiri merupakan tindak lanjut dari pemeriksaan fisik Juli lalu.
Baca: Persempit Ruang Gerak Militer China, AS Ingin Tempatkan Marinir Bersenjata Rudal di Jepang
Kolitis ulserativa tidak dapat disembuhkan.
Sementara, kasus sedang hingga parah diobati dengan kortikosteroid.
Namun, ini bukan pengobatan jangka panjang karena ada efek samping seperti kehilangan kepadatan tulang, tekanan darah tinggi, dan kenaikan berat badan.
Sejenis obat yang disebut asam 5-amino salisilat (5-ASA) adalah pengobatan standar, termasuk Asacol.
Abe mengatakan sudah menggunakan Asacol sejak tahun 2009 setelah disetujui di Jepang.
Sebelumnya, obat ini tersedia di luar negeri.
Baca: Meski Korea Utara juga Punya Senjata Nuklir, Jepang Nilai Ancaman Militer Tiongkok Lebih Berbahaya
"Apabila obat ini, Asacol, butuh waktu lebih lama untuk tersedia di pasar Jepang, mungkin saya tidak akan di sini saat ini," kata dia dalam pidatonya tahun 2013.
Efek samping dari obat itu, yang juga dikenal sebagau mesalamine, adalah mual, kepala pusing, dan muntah.
Terkadang obat itu bisa memperparah gejala kolitis ulserativa.
Pengobatan lain termasuk obat-obatan imunosupresan yang membutuhkan kehati-hatian adalam pengawasan.
Obat itu hanya digunakan apabila pasien tidak merespons pengobatan lain.
Pengobatan yang paling ekstrem adalah pengangkatan usus besar.
Namun, tetap bisa dikontrol, kolitis ulserativa memiliki dampak kecil pada aktivitas sehari-hari, di antaranya flare-up yang dapat disebabkan oleh stres.
Baca: Jepang Sukses Redam Covid-19, Meski Enggan Patuhi Semua Saran WHO dan Tidak Lakukan Lockdown
Beberapa pasien sering menjalani kolonoskopi, misal setiap enam bulan, untuk mengecek ada tidaknya kanker.
Abe menjalani pemeriksaa fisik komprehensif dua kali setahun.
Pada tahun 2017, Abe mengatakan pengobatannya menambah nafsu makannya.
"Saya sekarang harus khawatir mengenai masalah yang pernah saya pikir sepenuhnya tidak berkaitan dengan saya, termasuk bertambahnya lemak visceral, khawatir akan lemak tubuh, dan level kolesterol sata. Saya mencapai batas atas pada tes tiap masalah itu," kata dia.
Abe hingga kini memegang rekor sebagai Perdana Menteri Jepang yang menjabat paling lama.
Namun, belakangan ini, Abe dikritik atas penanganan wabah virus corona Jepang.
Dia juga dikritik karena adanya beberapa skandal.
Baca: Jepang Awasi Aktivitas Membahayakan yang Dilakukan China di Laut Perbatasan India-Hong Kong
Dukungan terhadapnya menurun ke salah satu level terendah sejak dia kembali menjabat untuk kedua kalinya pada tahun 2012.
Saat itu, berjanji membangktkan ekonomi dan memperkuat pertahanan.