Dia melakukannya pada tingkat yang lebih besar dalam 14 bulan terakhir, menghitung rata-rata 23 klaim per hari karena negara itu diguncang oleh pengadilan pemakzulan dan pandemi.
Meski kerap memberikan klaim bohong, Trump tak menampakkan 'permusuhan' dengan media.
Hal ini membuka kesempatan bagi reporter di Gedung Putih untuk menanyakan hal demikian.
Baca: Donald Trump Desak ByteDance Lepaskan Semua Saham TikTok di AS, Beri Waktu 90 Hari Buat Angkat Kaki
Date, seorang jurnalis veteran dan penulis yang menghabiskan lebih dari tiga dekade di berbagai outlet termasuk Palm Beach Post dan Associated Press sebelum bergabung dengan HuffPost, memang dikenal agresif dalam menyoal kebohongan Trump.
Dalam sebuah email kepada rekan-rekannya tahun lalu, Dáte mendesak para jurnalis untuk lebih peduli terhadap kebohongan yang dilakukan Donald Trump.
“Saya telah berkecimpung dalam bisnis ini lebih dari tiga dekade, dan apa yang terjadi sekarang belum pernah terjadi sebelumnya,” tulis Dáte sebagai bagian dari promosi yang gagal untuk menjadi presiden Asosiasi Koresponden Gedung Putih.
“Kami diserang hampir setiap hari menggunakan bahasa Stalinis. Kami disebut korup dan tidak jujur. Kami diberi informasi palsu dari staf yang sering kali tahu betul bahwa itu salah."
Dáte juga menulis tentang efek informasi yang salah Trump.
Baca: Ikuti Langkah Amerika Serikat, Negara Uni Eropa Mulai Investigasi Data TikTok
Dalam artikel pada Januari, Dáte menyebut kesalahan Trump yang berulang kali telah "melelahkan".
“Saya belum pernah bertemu dengan pejabat publik, kandidat untuk jabatan, birokrat, pengacara pembela, atau, terus terang, penjahat aktual yang tidak jujur secara teratur dan agresif seperti presiden Amerika Serikat saat ini. Dan itu termasuk belasan tahun meliput legislatif Florida, ”tulisnya kemudian.
Yang paling meresahkan bagi Date, kesalahan Trump dilakukan setiap hari.
Hal itu membuat orang menjadi jarang memperhatikannya.
"Tidak lagi layak diberitakan bahwa orang yang memimpin negara paling kuat di dunia, yang memimpin persenjataan paling merusak dalam sejarah manusia, tidak dapat dipercaya sampai ke intinya," tulisnya.
Baca: Setelah Iran dan China, Kini Korea Utara Berani Beri Peringatan Perang Nuklir pada Amerika Serikat
Mengenai apa yang mendorong keputusannya untuk mengajukan pertanyaan langsung kepada Trump tentang kepalsuannya pada hari Kamis, Dáte tidak segera menanggapi pesan dari The Post.
Tetapi di Twitter, dia mengatakan pertanyaan itu telah ada di benaknya sejak lama.
“Selama lima tahun saya ingin menanyakan itu padanya,” tweet Dáte.