Benarkah Mikrofon Pembacaan Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah Hasil Curian? Ini Sejarahnya

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ir. Soekarno saat sambutan dan membacakan teks proklamasi.

Gunawan mengakui bahwa mikrofon yang digunakan saat Proklamasi Kemerdekaan itu buatannya sendiri.

Mikrofon, kata Gunawan dibuat ala kadarnya.

Saat itu kondisi memang serba sulit.

“Magnetnya saya buat dari dua buah dynamo sepeda, sementara band-nya hanya dari grenjeng (kertas perak pembungkus rokok),” kata Gunawan.

Keluarga Gunawan berbisnis menyewakan mikrofon dan amplifier serta perlengkapannya.

Ke Mana Nasib Mikrofon Setelah Pembacaan Proklamasi? 

Setelah upacara proklamasi selesai, mikrofon dikembalikan kepada Gunawan.

Menurut Sudiro, mikrofon tersebut dibawa pergi Gunawan yang pindah ke Solo di awal tahun 1946.

Setelah dari Solo, Gunawan beserta keluarga pindah ke Yogyakarta.

Sejak digunakan Soekarno, Gunawan menyimpan mikfrofon tersebut dan tak pernah menggunakannya, apalagi meminjamkannya pada orang lain.

Hanya sesekali dipamerkan pada teman dan sahabat-sahabatnya.

Sudiro mengatakan, pada akhir 1949 keluarga Gunawan kembali ke Jakarta karena dianjurkan Pemerintah.

“Mikrofon beriwayat itu dibawanya, tapi versterker-nya telah rusak dan ditinggal di Yogyakarta,” kata Sudiro.

Putra dari Gunawan, Gunarso mengungkap mikrofon itu kerap ditawar orang, tapi Gunawan enggan menjualnya.

“Ada seorang India dari suku Sikh yang datang malam-malam, menyatakan keinginannya menukar mikrofon itu dengan sebuah rumah di Jalan Imam Bonjol,” kata Gunarso (anak Gunawan).

Gunawan tetap menolak tak mau menjual.

Gunawan selalu ingat bahwa mikrofon tersebut punya nilai sejarah yang tak ternilai.

Harjoto melalui Darmosugondo akan menyerahkan mikrofon tersebut kepada Soekarno saat merayakan ulang tahunnya di Tokyo, Jepang.

Harjoto berharap Soekarno menyimpannya di Monumen Nasional, namun rencana itu tak terlaksana, sehingga keberadaan mikrofon tersebut masih menjadi misteri.

“Sejak saat itu, Harjoto tak tahu lagi, dimana mikrofon itu berada,” kata Sudiro.

Halaman
1234


Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer