Keputusan ini diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Palestina, Riad Malki, buntut protes perjanjian normalisasi dengan Israel.
Sementara itu, seorang pejabat senior Palestina, Hanan Ashrawi, melalui Twitter mengatakan kesepakatan ini "membuka kontak-kontak rahasia antara UEA dan Israel".
"Alih-alih mencaplok Tepi Barat, Israel justru malah menguasai Uni Emirat Arab" katanya kepada The Jerusalem Post, Kamis (13/8).
Baca: PM Yordania: Konsep Satu Negara atas Sengketa Wilayah Israel-Palestina adalah Solusi Demokratis
Diketahui Palestina terkejut dan bereaksi setelah terbitnya normalisasi hubungan diplomatik UEA-Israel yang dimediasi oleh Amerika Serikat.
"Ini adalah perkembangan yang sangat berbahaya yang membutuhkan tanggapan tidak hanya dari Palestina tetapi seluruh negara Arab,"tambahnya.
Menurut Ashrawi, perjanjian UEA-Israel melanggar Prakarsa Perdamaian Arab 2002, yang menyatakan bahwa negara-negara Arab hanya akan menjalin hubungan normal dengan Israel 'dalam konteks perdamaian yang komprehensif dan penarikan penuh Israel dari semua wilayah yang diduduki sejak 1967," kata pejabat itu.
Kepada UEA, Ashrawi mengatakan, "Tolong jangan bantu kami."
Melansir BBC, Palestina menjadi satu pihak yang dirugikan atas kebijakan tersebut, meski Israel berniat untuk menunda aneksasi Tepi Barat.
Jurnalis yang fokus pada isu-isu keamanan dan diplomasi timur tengah, Jonathan Marcus, mengatakan secara umum kesepakatan Israel-UEA tidak memberikan keuntungan bagi Palestina.
Perkembangan ini, kata wartawan BBC, hanya akan menimbulkan frustrasi di pihak Palestina, karena sekali lagi mereka terpinggirkan dalam upaya penyelesaian masalah Timur Tengah.
Sebelum adanya kesepakatan dengan UEA, Israel tidak punya hubungan diplomatik dengan negara-negara Teluk.
Meski demikian, Israel dan negara-negara Teluk sama-sama mengkhawatirkan pengaruh Iran di kawasan, yang mendorong kontak-kontak tidak resmi antara Israel dan negara-negara Teluk.
Ditanya mengenai kritik Palestina atas kesepakatan dengan Israel, Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash menyebut wilayah Timur Tengah sangat terkotak-kotak.
Ia telah menduga akan ada 'kebisingan' atas kebijakan yang dibuat.
"Kami mempertimbangkannya hingga sakit mengenai hal ini," ujarnya.
Namun demikian, pada akhirnya diputuskan, "mari kita lakukan".
Kementerian Luar Negeri Iran mengecam keras kesepakatan bersejarah hubungan diplomatik antara Uni Emirat Arab (UEA) dengan Israel.