Adalah Juru Bicara Presiden Palestina, Mahmoud Abbas yang bereaksi menentang adanya kesepakatan tersebut.
Abbas meminta kesepakatan tersebut ditarik kembali, dalam sebuah pernyataan setelah adanya pertemuan darurat dengan sejumlah otoritas Palestina.
Menyusul terbitnya kesepakatan tersebut, Kedutaan Besar Palestina untuk UEA ditarik pulang.
Keputusan ini diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Palestina, Riad Malki, buntut protes perjanjian normalisasi dengan Israel.
Sementara itu, seorang pejabat senior Palestina, Hanan Ashrawi, melalui Twitter mengatakan kesepakatan ini "membuka kontak-kontak rahasia antara UEA dan Israel".
"Alih-alih mencaplok Tepi Barat, Israel justru malah menguasai Uni Emirat Arab" katanya kepada The Jerusalem Post, Kamis (13/8).
Baca: PM Yordania: Konsep Satu Negara atas Sengketa Wilayah Israel-Palestina adalah Solusi Demokratis
Diketahui Palestina terkejut dan bereaksi setelah terbitnya normalisasi hubungan diplomatik UEA-Israel yang dimediasi oleh Amerika Serikat.
"Ini adalah perkembangan yang sangat berbahaya yang membutuhkan tanggapan tidak hanya dari Palestina tetapi seluruh negara Arab,"tambahnya.
Menurut Ashrawi, perjanjian UEA-Israel melanggar Prakarsa Perdamaian Arab 2002, yang menyatakan bahwa negara-negara Arab hanya akan menjalin hubungan normal dengan Israel 'dalam konteks perdamaian yang komprehensif dan penarikan penuh Israel dari semua wilayah yang diduduki sejak 1967," kata pejabat itu.
Kepada UEA, Ashrawi mengatakan, "Tolong jangan bantu kami."
Otoritas Palestina menyebut perjanjian UEA-Israel "mengkhianati Al-Aqsa, Yerusalem, dan perjuangan Palestina."
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di Kota Ramallah, Tepi Barat, otoritas menyebut UEA tak punya hak untuk ikut campur tangan urusan Palestina.
"UEA tidak berhak berbicara atas nama rakyat Palestina," kata PA.
"Kami juga tidak akan mengizinkan pihak mana pun untuk ikut campur dalam urusan Palestina," tulis pernyataan tersebut.
PA menyerukan pertemuan dan desakan dari Liga Arab untuk menyatakan penolakannya terhadap kesepakatan tersebut.
"Pimpinan Palestina menganggap langkah ini sebagai penghancuran Prakarsa Perdamaian Arab dan resolusi KTT Arab," tambah pernyataan itu.
Banyak orang-orang dan yang pro-Palestina merespons kesepakatan UEA-Israel dengan cacian di media sosial.