Rusia Beri Peringatan Keras pada AS: Serangan Rudal Balistik Apapun akan Dibalas dengan Nuklir

Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin (berjas hitam) memeriksa kapal perang Sungai Neva saat parade Hari Angkatan Laut pada Minggu, 26 Juli 2020. Angkatan Laut Rusia akan dipersenjatai dengan rudal supersonik dan drone bawah laut bertenaga nuklir.

Kebijakan tersebut juga menawarkan penjelasan rinci tentang situasi yang dapat memicu penggunaan senjata nuklir.

Termasuk penggunaan senjata nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya terhadap Rusia dan sekutunya.

Selain itu kebijakan tersebut menyatakan untuk pertama kalinya bahwa Rusia dapat menggunakan persenjataan nuklirnya jika menerima 'informasi yang dapat dipercayai' sebagai peluncuran rudal balistik yang menargetkan wilayahnya atau sekutunya.

Kebijakan juga membahas tentang dampak dari serangan musuk pada situs penting negara seperti fasilitas pemerintah atau militer Federasi Rusia.

Dituliskan pula dalam kebijakan tersebut tentang bagaimana aksi pembalasan akan gagal jika fasilitas tersebut hancur.

Konflik antara Amerika Serikat dengan Rusia

(COMBO) Kombinasi pengambilan gambar ini dari rekaman yang diperoleh dari IRIB TV Negara Iran pada 29 Juli 2020, dilaporkan menunjukkan rudal balistik yang diluncurkan oleh Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) selama hari terakhir latihan militer di dekat perairan Teluk yang sensitif. Peluncuran itu terjadi sehari setelah Pengawal menyerang mock-up kapal induk AS dengan tembakan rudal di dekat Selat Hormuz, jalur pelayaran vital untuk seperlima dari produksi minyak dunia. (BADAN BERITA IRIB / AFP)

Hubungan Amerika Serikat - Rusia berada di posisi terendah pasca-Perang Dingin dengan berbagai faktor.

Di antaranya karena krisis Ukraina, tuduhan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden Amerika Serikat 2016 dan lain sebagainya.

Para pejabat Rusia telah menganggap program pertahanan rudal yang dipimpin Amerika Serikat sebagai ancaman tertinggi.

Alasannya, dengan sistem tersebut Amerika Serikat tergoda untuk meyerang Rusia.

Artikel Krasnaya Zvezda menekankan bahwa publikasi kebijakan penangkal nuklir baru dimaksudkan untuk secara jelas menjelaskan apa yang dilihat Rusia sebagai agresi.

"Rusia telah menetapkan 'garis merah' yang kami tidak menyarankan siapa pun untuk melewatinya," kata artikel Krasnaya Zvezda.

“Jika musuh potensial berani melakukan itu, jawabannya pasti akan sangat hancur. Secara spesifik tindakan pembalasan, seperti di mana, kapan, dan berapa banyak yang akan ditentukan oleh otoritas tertinggi Rusia (presiden) tergantung pada situasinya, " lanjutnya.

Baca: Vladimir Putin

Baca: Setelah Iran dan China, Kini Korea Utara Berani Beri Peringatan Perang Nuklir pada Amerika Serikat

Baca: Kim Jong Un Nyatakan Tak Akan Ada Perang, Sebut Senjata Nuklir Jamin Keselamatan Korut

(TRIBUNNEWSWIKi/Magi)



Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer