"Itu bencana, bencana," kata seorang lelaki tak percaya.
Di dalam lobi yang ramai, sebuah keluarga mendapat kabar bahwa kerabat mereka sudah meninggal.
Seorang wanita muda membungkuk dalam kesedihan, membentangkan tangannya terbuka untuk seorang bayi dan berkata, "Youssef, ayah ada di surga."
Seorang lelaki tua berlutut dan menampar tanah, berulang-ulang.
Apotek di kota itu diminta untuk menyambut korban yang terluka untuk mengambil alih tekanan yang dialami rumah sakit.
Di layar TV, para dokter meminta orang-orang untuk datang dan mendonorkan darah.
Para penyiar berita membacakan nama-nama orang yang hilang - beberapa di antaranya adalah karyawan pelabuhan, yang lain adalah petugas pemadam kebakaran yang pertama kali merespons kebakaran di pelabuhan, sebelum ledakan besar merobek ibu kota.
"Joseph Ruukoz," si penyiar membaca.
"Marwan Chartouni. Charbel Hitti. Mohammad Mustafa Dakdouki. Seorang wanita Ethiopia." ujar pewarta tersebut.
Sebelumnya di pelabuhan, seorang pria berseragam kru kapal serba putih, berlumuran darah, berkeliaran di dekat kapal Italia yang berlabuh di dekat lokasi ledakan, Ratu Orient. Interiornya hancur, miring ke dermaga.
"Kapal itu hancur total - kabin, ruang tunggu, semuanya," kata Vincenco Orlandini, kru Italia berusia 69 tahun, kepada Al Jazeera.
"Aku mendengar ledakan dan aku terbang ke seberang lobi, lalu aku mendarat di karpet dan aku beruntung, kurasa itu menyelamatkanku." lanjut laki-laki tersebut.
Video ledakan menunjukkan bumbungan besar asap mengepul dari area pelabuhan yang menampung gudang besar sebelum ledakan oranye besar terlihat dan gelombang ledakan besar berbentuk kubah melesat ke udara.
Etalase kaca dan kaca jendela di seluruh kota hancur dalam ledakan itu.
Sementara video dan gambar yang dibagikan di media sosial menunjukkan pintu-pintu lepas dari engsel dan langit-langit rumah mereka penuh lubang menganga.