Dokter di Semarang Meninggal akibat Covid-19, Sulit Dapat RS karena Penuh, Akhinya Meninggal di Solo

Penulis: Niken Nining Aninsi
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dua dokter di Sidoarjo dan Semarang meninggal akibar terinfeksi Covid-19.

Dokter yang sehari-hari bertugas di salah satu puskesmas di Kabupaten Sampang tersebut meninggal di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya, pada Senin (15/6/2020) pukul 03.00 WIB.

EL, istri almarhum DDY, bersama dengan anak semata wayangnya yang masih berusia 1 tahun, dikabarkan tengah menjalani isolasi di RSUD Sampang, setelah terkonfirmasi positif Covid-19.

Petugas pemakaman membawa peti jenazah pasien COVID-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Minggu (24/5/2020). Dalam data yang dihimpun hingga Minggu (24/5/2020) pukul 12.00, korban meninggal akibat pandemi Covid-19 di Indonesia mencapai 1372 orang. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Tiga hari sebelum DDY meninggal, ibu kandung DDY meninggal dunia karena diserang Covid-19.

Sebelum kematian ibu kandungnya, ayah kandung DDY yang merupakan perawat senior di RSUD Sampang, juga meninggal dunia, Minggu (7/6/2020).

Baca: Obat Covid-19 Berhasil Ditemukan dan Telah Terdaftar di BPOM, Akan Segera Beredar di Pasaran

Baca: Viral Jenazah PDP Covid-19 Dimakamkan Tanpa Kain Kafan: Dibungkus Kantong Plastik dan Pakai Popok

Sehingga, DDY, ibu kandung dan ayahnya, semua meninggal karena positif Covid-19.

Saat ini, tinggal istri DDY dan anaknya yang sama-sama positif namun sedang diisolasi di rumah sakit.

"Kami betul-betul berduka, karena keluarga besar dr D merupakan tenaga medis di Kabupaten Sampang yang sama-sama berjuang untuk melawan Covid-19, namun harus gugur karena terserang Covid-19," ujar Juru Bicara Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Kabupaten Sampang, Juwardi, dikutip dari laman Kompas.com.

Kematian keluarga besar DDY menyisakan cerita mendalam bagi rekan-rekannya.

Saat sudah dirujuk ke Surabaya, DDY sempat membagikan catatan kepada sejawatnya.

Di antaranya kepada Agus Suryantono, Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Sampang.

Petugas medis mengambil sample darah pedagang saat Rapid Test virus corona atau Covid-19 di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (21/4/2020). Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Banten menggelar screening test virus corona atau Covid-19 diantaranya di sejumlah pasar. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Catatan itu kemudian menjadi pesan berantai.

"Ini adalah realitas yang kita hadapi."

"Kita tidak meminta dipuja, Kita tidak meminta disanjung Kalau memang Anda harus keluar rumah karena pekerjaan dan perputaran ekonomi, insya Allah kita akan memahami tapi jangan curigai kami mengada-ada dengan penyakit ini Karena kita tidak akan tau penyakit ini mengenai siapa dan dimana".

Menurut Agus, pesan itu menjadi peringatan bahwa tenaga medis dalam menangani Covid-19 tidak membutuhkan pujian dan sanjungan.

Tenaga medis rela mengorbankan hidupnya demi menangani corona.

Selain itu, pesan dokter DDY mengingatkan bahwa corona nyata adanya, bukan mengada-ada karena korbannya keluarga dokter sendiri.

"Pesan lainnya dari dr D bahwa corona bukan rekayasa."

"Jadi, kita semua diajak agar selalu waspada agar tidak seperti nasib dr. D," ungkap Agus Suryantono.

Baca: Anggap Covid-19 Tidak Berbahaya, Anji Jadi Diperbicangkan Warganet Trending Topic Nomor 1

Baca: Jerinx SID Siap Mati Buktikan Corona, Gugus Tugas Covid-19 Riau: Lakukan Hal Positif, Jangan Takabur

 

(TribunnewsWiki/Niken Aninsi/Tyo)

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Berusia 30 Tahun, Dokter di Semarang Meninggal karena Covid-19, Sempat Sulit dapat RS Karena Penuh dan di Kompas.com dengan judul "Kabar Duka, Dokter Kakak Beradik di Semarang Meninggal karena Covid-19 Menyusul Sang Ayah"

 


Penulis: Niken Nining Aninsi
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
BERITA TERKAIT

Berita Populer