"Tapi tidak ada kejelasan. Semua orang bergulat dengan begitu banyak pertanyaan pada saat ini. Jika universitas Anda akan online, Anda harus kembali ke negara Anda dan jika itu adalah hibrida [baik online maupun secara langsung] Anda harus kembali ke AS. Keseluruhan konsep pilihan pribadi telah dihapus dan kita benar-benar dipaksa untuk melakukan sesuatu yang mungkin tidak ingin kita lakukan," katanya.
Kebijakan AS untuk Pelajar Asing
Diberitakan sebelumnya, Amerika Serikat menerapkan kebijakan baru untuk pelajar internasional di negaranya.
Cabang Immigration and Customs Enforcement (ICE) dari Departemen Keamanan Dalam Negeri mengeluarkan peraturan baru untuk siswa pertukaran, Senin (6/7/2020).
Diberitakan Al Jazeera, pihak ICE mengatakan pelajar dari luar negeri tidak diizinkan masuk AS jika sekolah menerapkan pembelajaran daring.
"Departemen Luar Negeri tidak akan mengeluarkan visa kepada siswa yang terdaftar di sekolah dan/atau program yang sepenuhnya daring untuk semester musim gugur atau Pabean dan Perlindungan Perbatasan AS tidak akan mengizinkan siswa ini untuk memasuki Amerika Serikat", keterangan pihak ICE.
Baca: Merasa Hanya Jadi Alat Politik AS, Korea Utara Tolak Dialog dengan Donald Trump: Tidak Ada Negosiasi
Sementara pelajar yang sudah berada di Negeri Paman Sam, akan diminta untuk kembali ke negara asal.
"Meninggalkan negara itu atau mengambil langkah-langkah lain, seperti mentransfer ke sekolah dengan instruksi langsung untuk tetap dalam status sah menurut hukum", lanjutnya.
Bahkan pihak berwajib akan memberikan konsekuensi tertentu bagi mereka yang tidak mentaati peraturan ini.
"Jika tidak, mereka mungkin menghadapi konsekuensi imigrasi."
"Para siswa yang menghadiri sekolah mengadopsi model hybrid - yaitu, campuran kelas online dan pribadi - akan diizinkan untuk mengambil lebih dari satu kelas atau tiga jam kredit online", kata aturan itu.
Sebuah laporan ICE tahun 2020 menunjukkan ada 1,55 juta visa pelajar non-imigran aktif di bawah program Student and Exchange visitor program (SEVP) pada tahun 2018.
Sekitar 1,3 juta dari siswa tersebut terdaftar di universitas, sekitar 85.000 berada di sekolah dasar, dengan rincian 92 persen di kelas 9-12.
Trump Minta Sekolah Dibuka
Baca: Belum Selesai Pandemi Covid-19, Virus Mematikan Dijuluki ‘Bunny Ebola’ Serang Wilayah Amerika
Presiden Donald Trump meminta sekolah harus dibuka pada musim gugur, Senin (6/7/2020).
"SCHOOLS MUS T OPEN IN THE FALL!!!" tulis Trump dalam Twitter pribadinya.
Padahal, keputusan pembukaan sekolah tidak berada di bawah kekuasaannya.
Sebagian besar sekolah ebrada di bawah yuridiksi pemerintah negara bagian dan lokal.
Sementara itu, para pendidik masih mempertanyakan keputusan tersebut.
Pasalnya, siswa dan staf pengajar masih sangat berisiko terpapar Covid-19.