Kini, pembelajaran siswa-siswi sekolah disarankan untuk dilakukan secara online, terlebih jika di daerah/kota tersebut tidak berstatus zona hijau.
Namun, kendala kesenjangan akses internet dan fasilitas untuk pembelajaran dirumah tidak dirasakan semua siswa-siswi Indonesia.
Bagi siswa-siswi pelajar yang hidup dalam situasi pra-sejahtera atau miskin, mereka kesulitan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh karena tidak memiliki fasilitas mumpuni.
Seperti situasi di Kota Jambi, pemerintah setempat tetap membuka sekolah tatap muka untuk SD dan SMP.
Padahal Kota Jambi masih berada di zona kuning.
Pelanggaran yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi terhadap panduan Kemendikbud ini bertujuan agar anak-anak miskin tidak tertinggal pelajaran.
Baca: SD SMP SMA di 104 Kabupaten Ini Boleh Masuk Sekolah Lagi dan Belajar Tatap Muka Mulai Senin 13 Juli
Baca: Terganjal Sistem PPDB, Seorang Siswa Berprestasi dengan Ratusan Penghargaan Terpaksa Putus Sekolah
"Kita buka sekolah dengan dua metode, yakni tatap muka dan online."
"Yang mampu online dan tidak muka."
"Tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat," kata Abu Bakar, juru bicara Gugus Tugas Kota Jambi, Senin (13/7/2020), dikutip dari laman Kompas.com berjudul Tak Punya Ponsel, Siswa Miskin Tetap Belajar Tatap Muka di Zona Kuning.
Dia mengatakan Pemkot Jambi sedang melakukan relaksasi pada sektor pendidikan.
Ada dua metode pembelajaran yaitu online (daring) dan offline (tatap muka).
Pembelajaran secara tatap muka, kata Abu Bakar untuk mengakomodasi sekitar 500 siswa kurang mampu.
Mereka selama ini tidak bisa sekolah secara online.
Sebabnya, kata Abu Bakar mereka tidak memiliki fasilitas internet dan ponsel pintar.
Dengan demikian, sekolah wajib memfasilitasi dua model pembelajaran baik online maupun tatap muka.
Tidak hanya sekolah, orangtua juga diberikan pilihan, apakah anaknya akan masuk sekolah atau tetap membiarkan anaknya belajar di rumah dahulu.
Relaksasi pendidikan ini agar anak-anak tidak mampu tetap bisa mengikuti pembelajaran.
Ada pun ketentuannya, pertama dilakukan siswa SD kelas 4,5 dan 6. Kedua, untuk siswa SMP itu kelas 1,2 dan 3 dibagi menjadi tiga shif kegiatan belajar mengajar (KBM).
Ketiga, jam pembelajaran sangat efektif yakni 3 jam tanpa istirahat. Keempat, siswa dan sekolah wajib menerapkan protokol kesehatan.