"Komando Pertahanan Aerospace Amerika Utara F-22, didukung oleh KC-135 Stratotanker, mencegat dua pesawat patroli maritim Rusia IL-38 memasuki Zona Identifikasi Pertahanan Udara Alaska pada jam-jam 24 Juni," demikian pernyataan Komando Pertahanan Ruang Angkasa Amerika Utara (NORAD), Kamis (25/6) yang dikutip dari CNN.
Pesawat Rusia itu berada dalam jarak 50 mil dari Pulau Unimak di sepanjang rantai pulau Aleut.
NORAD menyebut pesawat Rusia akhirnya tetap berada di wilayah udara internasional dan tidak pernah ada waktu pesawat memasuki wilayah udara Amerika Serikat atau Kanada.
Pencegatan itu juga diunggah di akun twitter NORAD.
Pencegatan terjadi setelah pertemuan serupa awal bulan ini ketika jet F-22 AS mencegat pembom berkemampuan nuklir Rusia dekat Alaska pada dua kesempatan terpisah.
Pada bulan Maret, jet tempur AS dan Kanada mencegat dua pesawat pengintai Rusia saat mereka terbang di lepas pantai Alaska.
Ada juga beberapa penyadapan yang melibatkan pesawat militer Rusia di lepas pantai Alaska pada tahun 2019.
India mendorong Rusia untuk mempercepat penjualan rudal S-400, sistem pertahanan rudal anti-pesawat tempur serta jet tempur SU-30Mki dan MiG-29 di tengah hubungan yang memburuk dengan China setelah bentrokan minggu lalu yang menewaskan 20 tentara India.
Dilaporkan oleh South China Morning Post, permintaan itu datang saat menteri luar negeri China dan India dijadwalkan bertemu pada Selasa (23/6/2020) dalam interaksi tatap muka pertama mereka sejak bentrokan mematikan pekan lalu.
India dan China sepakat untuk mengeskalasi situasi di sepanjang perbatasan mereka yang tidak ditandai, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian pada jumpa pers reguler, Selasa (23/6/2020) di Beijing.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menjadi tuan rumah pertemuan trilateral virtual dengan Wang Yi dari China dan Subrahmanyam Jaishankar dari India setelah Moskow muncul sebagai pemain kunci dalam melelehkan hubungan kedua negara.
"India dan China memiliki segala cara untuk menyelesaikan masalah yang timbul dalam hubungan mereka," kata Lavrov setelah pertemuan itu.
"Saya tidak berpikir bahwa India dan China membutuhkan bantuan,” lanjutnya.
Baca: China Bantah Berita Tewasnya 40 Pasukannya dalam Konflik Perbatasan dengan India
Baca: Bersiap Hadapi China, India Siagakan Sukhoi SU-30MKI hingga Helikopter Apache
Zhao, juru bicara kementerian luar negeri China, mengatakan bahwa setelah pembicaraan antara para komandan militer regional pada Senin (22/6/2020), kedua pihak telah sepakat untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencairkan situasi.
Pers Trust of India mengatakan pertemuan pada Senin itu terjadi antara Letnan Jenderal Harinder Singh, komandan 14 Korps, dan Mayor Jenderal Liu Lin, komandan Distrik Militer Tibet.
"Penyelenggaraan pertemuan ini menunjukkan bahwa kedua belah pihak ingin berurusan dengan perselisihan mereka, mengelola situasi dan mengurangi situasi melalui dialog dan konsultasi," kata Zhao pada konferensi pers reguler.
“Kedua belah pihak ‘bertukar pandangan yang jujur dan mendalam’ dan sepakat untuk mempertahankan dialog dan bersama-sama berkomitmen untuk mempromosikan perdamaian dan ketenangan di daerah perbatasan", tambah Zhao.
Namun pertemuan lain antara Menteri Pertahanan India Rajnath Singh dan mitranya dari Rusia di Moskow dapat membuktikan sama pentingnya bagi India dengan keinginan untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya.
Singh terbang ke Moscow, Rusia untuk bertemu Menteri Luar Negeri Rusia untuk membahas percepatan pengiriman rudal S-400 yang sebelumnya dijadwalkan dikirim pada Desember 2021.
Baca: Ini Alasan Tentara China dan India Tak Gunakan Senjata Api dalam Insiden di Perbatasan Himalaya