Dampak Pandemi Covid-19, Sampah Masker Bekas Hingga Botol Hand Sanitier Mengambang di Lautan

Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto tertanggal 13 Mei 2020 menunjukkan Gary Stokes pendiri LSM lingkungan hidup Oceans Asia, memegang sampah masker sekali pakai yang berserakan di Discovery Bay di Pulau Lantu yang terpencil di Hong Kong. Selain berserakan di sepanjang garis pantai, beberapa sampah masker sekali pakai juga hanyut ke laut.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pandemi virus corona atau Covid-19 membawa banyak perubahan pada tatanan dunia.

Bahkan pandemi ini membuat perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan.

Sebelumnya, seperti yang diberitakan konservasionis sudah memperingatkan bahwa pandemi virus corona ini mampu memicu lonjakan polusi laut.

Hal ini karena, masker maupun sarung tangan dalam jumlah besar ditemukan mengambang layaknya ubur-ubur berserakan di dasar laut.

Baca: Jual Rokok Sekardus Isi Sampah, Pemuda Asal Jambi Babak Belur Dihajar Warga

Baca: Corona di Indonesia: Penimbun Masker Bekas di Bandung Digerebek, Waspada Produk Kesehatan Daur Ulang

Wisatawan duduk di samping tumpukan sampah saat musim angin barat di pesisir pantai Kuta, Bali, Jumat (14/12/2018). Akibat terjadinya musim angin barat di wilayah perairan Bali berdampak pada banyaknya sampah yang hanyut terbawa arus laut sehingga menumpuk di pinggiran pantai kawasan wisata kuta. (Kompas.com)

Dilansir Tribunnewswiki dari The Guardian, 8 Juni 2020, organisasi nirlaba Perancis Operation Mer Propre yang kegiatannya termasuk mengumpulkan sampah di sepanjang Cote d'Azur, mulai menyalakan alarm peringatan pada akhir bulan lalu.

Penyelam sudah menemukan limbah sampah seperti lusinan sarung tangan lateks, masker, sert botol hand sanitizer di bawah ombak Laut Mediterania.

Limbah-limbah itu mengapung bersama gelas-gelas sekali pakai serta kaleng alumunium.

Joffrey Peltier dari organisasi tersebu menuturkan, jumlah masker dan sarung tangan yang ditemukan jauh dari kata luar biasa.

Akan tetapi, dia khawatir penemuan tersebut menjadi isyarat adanya jenis polusi baru yang diperkirakan akan ada di mana-mana usai jutaan orang di seluruh dunia beralih ke plastik sekali pakai demi mencegah makin menyebarnya virus corona.

"Ini janji polusi yang akan datang jika tak ada yang dilakukan," ujar Peltier.

Ajakan memakai Masker yang Bisa Dicuci

Ilustrasi orang menggunakan masker kain (alodokter.com)

Organisasi tersebut juga mengajak masyarakat untuk menggunakan masker yang bisa digunakan kembali.

Selain itu juga mengganti memakai sarung tangan dengan sesering mungkin mencuci tangan.

"Dengan semua alternatif, plastik bukanlah solusi untuk melindungi kita dari Covid-19. Itu pesannya," paparnya.

Sebelum terjadinya pandem yang melanda dunia, para aktivis lingkungan ini sudah memberikan peringatan mengenai ancaman terhadap lautan dan kehidupan di dalamnya dengan melonjaknya polusi plastik.

Berdasarkan dari perkiraan PBB 2018, sebanyak 13 juta ton plastik masuk ke laut setiap tahun.

Sedangkan Laut Mediterania harus menerima 570.000 ton aliran plastik per tahunnya atau sama dengan membuang 33.800 botol plastik per menit ke laut.

Baca: 5 Potret Lukisan di Museum Fitzwilliam Inggris Diubah Memakai Masker, Ada Apa?

Angka sampah tersebut berisiko tumbuh secara substansial sebab negara-negara di penjuru dunia sedang berjuang menghadapi pandemi Covid-19.

Seorang politisi Perancis menjelaskan, masker sering mengandung plastik seperti polypropylene.

"Dengan masa hidup 450 tahun, masker ini adalah bom waktu ekologis karena konsekuensi lingkungannya yang abadi bagi planet kita," tulisnya dalam surat kepada Presiden Perancis Emmanuel Macron.

Halaman
12


Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Archieva Prisyta

Berita Populer