Pembongkaran itu dilakukan lantaran ahli waris tak terima makam leluhurnya dijadikan jalan.
Jalan beton tersebut memang dibangun di atas puluhan makam.
Ironinya, pembangunan tak melibatkan ahli waris.
Sontak ahli waris kaget mengetahui makam leluhurnya telah berubah menjadi jalan beton.
Kepala Unit Pengelola Makam Bulusari (UPMB) Kelurahan Pandean, Priyanto, mengatakan pengelola akhirnya membongkar jalan tersebut karena ada permintaan dari pihak ahli waris.
"Kami mencari win win solution. Kami akhirnya membongkar jalan dan mengembalikan makam yang digunakan untuk jalan," jelasnya dikutip Surya.
Setelah jalan dibongkar, pengelola berjanji akan mengembalikan makam seperti semula.
Adapun jalan yang awalnya berlebar dua meter, akan dipersempit.
"Jalan di makam ini lebarnya sekitar dua meter. Tapi setelah dibongkar nanti dibuat sekitar satu meter lebih sedikit. Yang penting cukup untuk kereta jenazah," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, belasan warga di Madiun bingung karena tak bisa menemukan makam leluhurnya.
Lokasi makam hilang dan berganti menjadi ruas jalan beton yang memisahkan pemakaman umum menjadi dua bagian.
Karena kejadian ini, mereka memprotes pembuatan jalan di Pemakaman Umum Bulusari, Kelurahan Pandean, Kecamatan Taman, Madiun itu.
Diberitakan Kompas.com, protes tersebut mereka layangkan lantaran tidak ada pemberitahuan terlebih dulu.
“Tidak ada pemberitahuan sama sekali dari pengelola makam kepada kami. Tahu-tahu sudah jadi (jalannya). Dan keluarga pada kaget semua,” ujar salah satu ahli waris Lina Yuliana di Kelurahan Pandean, saat ditemui Kompas.com, Selasa (16/6/2020).
Pemerintah Desa Lakukan Mediasi
Baca: Ada Makam Misterius di Pinggir Jalan di Tulungagung, Pihak Desa Ungkap Fakta di Balik Kemunculan
Buntut dari kasus ini, Pemerintah Kelurahan Pandean mengundang seluruh ahli waris yang makam keluarganya tergusur akibat pembangunan jalan pada Selasa malam.
Tak hanya ahli waris, pengurus Unit Pengelola Makam Bulusari juga dihadirkan mencari solusi terkait protes warga.
Para ahli waris yang mengikuti mediasi merasa tidak terima makam leluhurnya dinjak-injak dan dijadikan jalan.