Inggris mengatakan percobaan pemulihannya adalah yang terbesar di dunia dengan melibatkan lebih dari 5.000 pasien.
Baca: Sederet Pekerjaan Baru yang Muncul Akibat Pandemi Corona: Pengukur Suhu hingga Penguji Covid-19
Baca: Jika New Normal Diberlakukan, Tempat ini Berisiko Tinggi Menjadi Pusat Penularan Corona
Beberapa pusat penelitian di seluruh dunia berusaha untuk menggunakan darah pasien atau korban sebagai pengobatan.
Ada 3 pendekatan umum yang digunakan untuk mengetahui suatu obat bekerja atau tidak:
1. Obat antivirus yang secara langsung memengaruhi kemampuan virus corona untuk berkembang di dalam tubuh.
2. Obat-obatan yang dapat menenangkan sistem kekebalan tubuh. Pasien menjadi sakit parah ketika sistem kekebalan tubuh mereka bereaksi berlebihan dan mulai menyebabkan kerusakan pada tubuh.
3. Antibodi, baik dari darah korban atau dibuat di laboratorium
Obat antivirus yang awalnya dikembangkan untuk mengobati Ebola telah memberikan harapan para ahli.
Itu adalah remdesivir. The US National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) menemukan bahwa remdesivir mengurangi durasi gejala dari 15 hari menjadi 11.
Percobaan melibatkan 1.063 pasien di rumah sakit dari seluruh dunia. Beberapa diberi obat dan yang lain diberi pengobatan plasebo (dummy).
Dr Anthony Fauci yang menjalankan NIAID yakin akan kemampuan remdesivir.
"Kami sekarang memiliki data kuat yang menunjukkan bahwa remdesivir mengurangi waktu untuk pemulihan bagi orang yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19," kata Fauci.
Namun, walaupun remdesivir dapat membantu pemulihan, uji coba tidak memberikan indikasi yang jelas apakah itu dapat mencegah kematian akibat virus corona.
Perkiraannya antivirus tersebut mungkin lebih efektif pada tahap awal. Di Inggris, obat remdesivir telah tersedia di NHS.
Menteri Kesehatan Matt Hancock mengatakan remdesivir adalah langkah kemajuan terbesar sejak pandemi dimulai.
Regulator Inggris mengatakan ada cukup bukti untuk menyetujui penggunaannya. Itu juga merupakan salah satu dari 4 obat dalam uji Solidaritas WHO.
Sementara itu di Amerika, laporan mengenai uji coba obat remdesivir di AS dan China ditulis dalam jurnal medis Lancet. Hasilnya tidak efektif.
Sayangnya, percobaan itu tidak lengkap karena Wuhan telah berhasil melakukan lockdown dan para peneliti kehabisan pasien.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Obat Corona Apa yang Paling Menjanjikan Sejauh Ini?" dan
"Dapat Obat Corona dari China, Gubernur Maluku: Ini Terbukti Sembuhkan Pasien di Wuhan"