Jadi Korban Konflik Politik Amerika Serikat vs China, Kini Banyak Warga Hong Kong Ingin Bermigrasi

Penulis: Haris Chaebar
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Terminal keberangkatan di Hong Kong International Airport.

Dia mengatakan bahkan beberapa politisi yang mendukung China terkejut dengan tindakan ini.

Tragedi Tiananmen

Seorang bernama Chou, yang bekerja di sebuah bank milik China, mengatakan dirinya juga pesimistis tentang masa depan Hong Kong dan ingin beremigrasi, idealnya bersama keluarga ke Kanada.

Dia mengatakan kepada DW bahwa dia sudah lama berpikir untuk meninggalkan Hong Kong dan pengumuman tentang undang-undang baru kian membuat teguh niatnya itu.

“Semua jenis delik pelanggaran dapat dipakai untuk membatasi hak-hak sipil,” katanya.

“Tidak lagi mungkin ada jaminan kebebasan berbicara di tempat kerja, di rumah atau online."

"Sekarang saya sudah sangat berhati-hati dalam mengekspresikan diri saya di depan umum.”

Baca: Korea Utara Akan Tembak Warga China yang Langgar Perbatasan, demi Cegah Penyebaran Corona

Baca: Semakin Panas, Amerika Serikat Kini Minta Para Sekutunya Batalkan Proyek Besar dengan China

Baca: Di Tengah Tekanan dari Amerika Serikat, China Dongkrak Anggaran Militer sebesar 2.645 Triliun

Dia juga mengatakan tidak ingin putranya yang kini berusia dua tahun jadi sasaran kekerasan polisi di kemudian hari jika dia ikut dalam protes.

Chou tidak dapat melupakan betapa represifnya pemerintah China terhadap gerakan mahasiswa dan pendukung demokrasi di Lapangan Tiananmen di Beijing tahun 1989.

“Beijing ingin memegang kendali sepenuhnya,” ujar Chou dan menyatakan keraguan bahwa di masa depan demonstrasi damai atau debat di parlemen Hong Kong akan ditoleransi.

Dia juga pesimistis bahwa sanksi dari Barat akan dapat menolong.

Pemerintah China mengatakan undang-undang ini diperlukan untuk mengatasi terorisme di Hong Kong.

Orang-orang yang memakai topeng mengunjungi pasar makanan segar di Hong Kong pada 29 Januari 2020, sebagai langkah pencegahan setelah wabah virus yang dimulai di kota Wuhan di Cina. Virus yang sebelumnya tidak dikenal telah menyebabkan alarm karena kemiripannya dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), yang menewaskan ratusan di seluruh daratan Cina dan Hong Kong pada 2002-2003. (DALE DE LA REY / AFP)

Woo Hong-pong, adalah seorang yang bekerja untuk sebuah agen yang berspesialisasi dalam pengurusan emigrasi ke Kanada dan Australia.

Ia mengatakan kepada DW bahwa dalam empat hari terakhir ini ada lebih dari 20 klien dari kalangan berkecukupan telah menghubunginya.

“Banyak dari mereka ragu untuk pergi pada tahun 2019, tetapi sekarang mereka ingin solusi cepat (pergi dari Hong Kong)."

"Mereka ingin keluar secepat mungkin.”

Selain Kanada dan Australia, Taiwan juga jadi pilihan lain bagi banyak orang yang ingin hengkang dari Hong Kong, meski Beijing juga berusaha membatasi otonomi dan kebebasan di sana.

Sementara Chang Heung-Lin yang bekerja untuk agen yang memfasilitasi emigrasi dari Hong Kong ke Taiwan mengatakan bahwa di Taiwan, orang yang mau berinvestasi dalam jumlah besar dapat relatif mudah mengajukan status kependudukan.

Chang Heung-Lin mengatakan agensinya telah menerima lebih dari 200 permintaan emigrasi akhir pekan lalu.

“Banyak orang tampaknya terburu-buru."

Halaman
123


Penulis: Haris Chaebar
Editor: Archieva Prisyta
BERITA TERKAIT

Berita Populer