Di lain sisi, respons awal warga pada peningkatan infeksi menjadi sangat penting.
Saat pemerintah pusat dikritik karena langkah-langkah kebijakannya yang dinilai lambat, para ahli memuji peran pelacak kontak di Jepang.
Fitur tersebut sudah berjalan setelah infeksi pertama ditemukan pada Januari.
Respons cepat semacam inilah yang memang menjadi satu keunggulan inbuilt Jepang yaitu melalui keberadaan pusat kesehatan publiknya.
Pusat kesehatan publik mempunyai puluhan ribu tenaga paramedis yang sudah terlatih dalam menyusuri jejak infeksi di tahun 2018.
Pada masa-masa normal, para perawat tersebut terbiasa melacak infeksi yang lebih umum seperti influenza dan TBC.
Baca: Angka Bunuh Diri Jepang Turun di Tengah Pandemi Covid-19, Ahli: Bisa Meningkat Ketika Bencana Usai
"Ini sangat analog - ini bukan sistem berbasis aplikasi seperti Singapura, tapi bagaimana pun, itu sangat berguna," ujar Kazuto Suzuki, Profesor Kebijakan Publik di Universitas Hokkaido.
Dia memaparkan ulasan khusus terkait respons Jepang dalam pandemivirus corona yang merebak di seluruh dunia ini.
Saat negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris baru mulai merekrut dan melatih pelacak kontak, Jepang telah melacak pergerakan penyakit ini sejak segelintir kasus pertama ditemukan.
Para ahli di Jepang menitikberatkan pada penanggulangan kelompok, atau kelompok infeksi dari satu lokasi layaknya klub atau rumah sakit, sebelum kasus kian menyebar.
"Banyak orang mengatakan, kami tidak memiliki Pusat Pengendalian Penyakit di Jepang," jelas Yoko Tsukamoto, Profesor Pengendalian Infeksi di Universitas Ilmu Kesehatan Hokkaido.
"Padahal pusat kesehatan masyarakat adalah sejenis Pusat Pengendalian Penyakit lokal," imbuhnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul, "Jepang "Kalahkan" Covid-19 meski Abaikan "Rulebook", Kok Bisa?"