Meski Tengah Dikembangkan, PM Inggris Boris Johnson Ingatkan Mungkin Tak Pernah Ada Vaksin Covid-19

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berpidato di konferensi pers untuk memberikan pembaruan harian tentang tanggapan pemerintah terhadap wabah coronavirus COVID-19 yang baru, 10 Downing Street, London, 18 Maret 2020.

Hal itu karena negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu perlahan-lahan bangkit dari lockdown virus korona.

Produksi industri naik 3,9 persen pada April dari tahun sebelumnya, berdasarkan data pada hari Jumat.

Tetapi Cina terus menghadapi tantangan yang signifikan di sektor layanannya, terutama di ritel.

Perhatian khusus jelang pertemuan tahunan Parlemen minggu depan adalah lonjakan pengangguran, yang menimbulkan risiko politik serius bagi negara dengan jumlah penduduk 1,4 miliar.

"Secara keseluruhan, kumpulan data ini hanya menunjukkan perbaikan kecil dan bertahap dalam kegiatan ekonomi, yang dapat mengganggu pasar karena China dipandang sebagai ekonomi 'pertama yang keluar' dari (krisis) COVID-19," kata Iris Pang, kepala ekonom untuk Greater China di ING.

Studi WHO: Covid-19 Bisa Infeksi Lebih dari 200 Juta Orang Afrika

World Health Organization (WHO) (World Health Organization (WHO))

Baca: Update Covid-19 di Berbagai Penjuru Dunia: Burundi Usir Perwakilan WHO, Finlandia Mulai Buka Sekolah

Sebuah studi pemodelan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengindikasikan bahwa coronavirus dapat membunuh 150.000 orang di Afrika dan menginfeksi 231 juta orang dalam setahun kecuali ada tindakan serius.

Penulis penelitian mengatakan meskipun banyak negara Afrika telah cepat mengadopsi langkah-langkah penahanan, sistem kesehatan akan kewalahan dalam waktu yang cepat.

Itu akan mengalihkan sumber daya yang sudah terbatas untuk mengatasi masalah kesehatan utama di wilayah ini, seperti HIV, TBC, malaria dan kekurangan gizi.

"Wilayah ini akan memiliki lebih sedikit kematian, tetapi terjadi lebih banyak pada kelompok usia yang relatif lebih muda, di antara orang-orang yang sebelumnya dianggap sehat - karena penyakit tidak menular yang tidak terdiagnosis," kata laporan itu.

Wuhan Sudah Lakukan Pengujian hingga Tiga Juta Penduduk

Penumpang memakai masker ketika mereka tiba di Stasiun Kereta Api Wuhan Wuchang di Wuhan, awal 8 April 2020, untuk meninggalkan kota di provinsi Hubei tengah Cina. Ribuan pelancong Tiongkok berbondong-bondong untuk mengejar kereta api meninggalkan Wuhan yang dilanda virus korona awal 8 April, ketika pihak berwenang mencabut larangan lebih dari dua bulan pada perjalanan keluar dari kota tempat pandemi global pertama kali muncul. (NOEL CELIS / AFP)

Baca: PBB Ingatkan Dampak Covid-19 Bisa Sebabkan 34 Juta Orang Jatuh dalam Jurang Kemiskinan Ekstrem

Wuhan telah menguji lebih dari tiga juta penduduk sejak April.

Menurut media pemerintah, sekarang mereka akan memfokuskan upaya pengujiannya pada sisa 11 juta populasinya.

Prioritasnya adalah warga yang belum diuji sebelumnya, orang yang tinggal di kompleks perumahan yang memiliki kasus virus sebelumnya, serta perkebunan tua atau padat penduduk, kata kantor berita resmi Xinhua, mengutip pertemuan pemerintah Wuhan.

Pihak berwenang di Wuhan berencana untuk melakukan tes pada semua orang di kota itu setelah mendeteksi sekelompok infeksi selama akhir pekan - yang pertama sejak penutupan kota itu dicabut pada 8 April.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)



Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer