Lalu, dokter Debryna juga menyinggung beberapa orang yang menunda pernikahannya karena mematuhi aturan pembatasan sosial.
Mereka juga berkorban demi keselamatan orang lain.
"Banyak temen-temen yang harus menunda serangkaian acara-acara penting seperti pernikahan, hajatan-hajatan lain hanya karena untuk mematuhi PSBB itu."
"Karena mereka peduli, karena mereka mau saling jaga, jadi rasanya memang pasti sakit hati ya mbak," ujarnya.
Layaknya orang-orang yang menunda pernikahan karena Covid-19, para tenaga medis juga merasa sakit hati dengan masyarakat yang bertindak seenaknya.
"Sudah berkorban untuk demi orang lain demi jutaan nyawa orang lain, mereka berkorban untuk itu semua tapi tiba-tiba ada yang tetap enggak pakai masker keluar, tetep ujul-ujulan di tempat umum, itu rasanya emang ini sih cukup menyakitkan," ungkapnya kecewa.
Baca: Seremonial Penutupan Ramai Pengunjung & Langgar Pergub PSBB, McD Sarinah Terancam Denda 10 Juta
Pakar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) Syahrizal Syarif menyoroti keputusan untuk membuka kembali Bandara Soekarno-Hatta (Soetta).
Hal itu ia sampaikan ketika dihubungi dalam tayangan Kompas TV, Sabtu (15/5/2020).
Seperti diketahui, sebelumnya pemerintah mengeluarkan larangan mudik dan memberhentikan operasional transportasi umum.
Meskipun begitu, Kementerian Perhubungan melalui Menteri Budi Karya Sumadi mengizinkan transportasi umum kembali beroperasi meskipun ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Dilansir TribunWow.com, Syahrizal Syarif menanggapi pembukaan Bandara Soetta yang menimbulkan kepadatan penumpang tanpa adanya jaga jarak.
Ia juga menyinggung kondisi DKI Jakarta yang menjadi episentrum penyebaran virus.
"Saya kira jelas Jakarta itu jumlah kasusnya bisa empat atau lima kali lebih besar dibanding provinsi-provinsi besar di Jawa, apalagi di luar Jawa," kata Syahrizal Syarif.
Ia kemudian menerangkan proses penularan Virus Corona.
"Kita harus tahu bahwa secara alamiah, jenis kasusnya dimulai dari import case, lalu cluster case, lalu transmisi lokal," jelas Syarif.
Menurut dia, kasus impor dapat diatasi dengan pembatasan kunjungan masuk dari luar negeri.
Meskipun begitu, transmisi antardaerah dapat menimbulkan klaster penyebaran baru.
"Tapi saat seperti sekarang, dari Jakarta menuju destinasi ke berbagai daerah, kita sebut ini kasus domestik," papar Syarif.
Ia mempertanyakan status para penumpang yang berangkat dari Bandara Soetta apakah benar-benar negatif dari Virus Corona.