"Dalam periode ketika harus tinggal di rumah saja, banyak orang merasa terputus dari masyarakat, terisolasi, bergulat dengan gelombang kecemasan ketika mereka kehilangan pekerjaan, melihat pendapatan mereka berkurang dan merasa semakin tidak pasti tentang masa depan mereka," kata Nakayama.
“Jadi ketika kami harus mematikan sementara hotline, kami merasa sangat menyesal (karena) sekarang adalah waktu yang tepat di mana kami ingin menjadi berguna dan berbagi penderitaan mereka,” katanya.
Setelah dipaksa untuk menghentikan konsultasi telepon pada bulan April, kelompok itu berhasil melanjutkan layanan minggu lalu, meskipun ketersediaannya turun menjadi seminggu sekali pada Selasa malam.