Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengungkapkan, pemerintah sedang membuat obat corona atau Covid-19.
Dia mengatakan, hasil penelitian terhadap obat corona ini nantinya paling lambat awal Agustus 2020 sudah bisa keluar.
"Mudah-mudahan nanti paling lama akhir Juli atau awal Agustus itu sudah keluar hasilnya," ujarnya saat teleconference di Jakarta, Sabtu (16/5/2020).
Saat ini, lanjutnya, pemerintah sedang proses uji klinik di rumah sakit di Indonesia atas kandidat obat Covid-19 dengan bukan kategori sintesis melalui resep dokter.
"Memang bukan yang sintetis, sintetis nanti kan harus pakai resep dokter. Mohon maaf kalau bisa misalkan seperti Panadol yang bisa dibeli di warung, di toko-toko, dan tidak perlu pakai resep," kata Rudiantara.
Kendati demikian, meski obat corona nantinya sudah ada juga tidak menghilangkan kemungkinan orang terkena virus tersebut, kecuali sudah ada vaksin.
"Kecuali sudah ada vaksin dan waktunya dikatakan tahun 2021, itupun kemudian akhir tahun. Artinya apa? Selama rentang waktu yang kosong itu, cari cara lain ini," ujarnya.
Baca: Isu Obat Herbal Diklaim Bisa Sembuhkan Corona, Badan POM Beri Klarifikasi
Baca: Ilmuwan China Temukan Dua Antibodi yang Potensial untuk Pengobatan Covid-19
Dikutip dari CNBC, Rabu (19/4/2020), penasehat kesehatan Gedung Putih Dr Anthony Fauci menjelaskan uji coba obat remdesivir oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) menunjukkan “kabar baik”.
Uji coba tersebut melibatkan sekitar 800 pasien.
Dr Anthony juga mengatakan obat tersebut akan menjadi standar perawatan baru bagi pasien Covid-19 di AS.
Inilah perjalanan pengembangan Remdesivir.
Baca: WHO Sebut Kecil Kemungkinan Peneliti Bisa Temukan Antivirus Corona Sebelum Akhir 2021
Baca: Peneliti Temukan Gejala Baru yang Tidak Ditemukan di Pasien Positif Corona Lainnya
China disebut sedang mengembangkan bermacam obat guna mengobati virus corona, satu diantaranya remdesivir pada Februari 2020 lalu.
China pun sudah mengajukan permohonan untuk mematenkan obat itu.
Mengutip dari Kompas.com, (6/2/2020), Remdesivir pada mulanya dikembangkan oleh Gilead, perusahaan farmasi besar di AS, untuk mengobati pasien Ebola.
Selanjutnya, obat itu diujicoba pada pasien Covid-19.
Hasilnya pasien itu membaik setelah diobati dengan Remdesivir.
Gilead Sciences juga setuju dan mendukung Kementerian Kesehatan China untuk melakukan uji klinis pada obat ini.