Dilansir Tribunnewswiki dari Worldometers, jumlah kasus tersebut capai angka 4.117.095 kasus di seluruh dunia.
Berdasarkan catatan data ada 212 negara yang terinfeksi Covid-19 pada Sabtu (10/5).
Banyak ahli telah melakukan penelitian guna mendapatkan vaksin dari virus corona ini.
Dikutip dari CNBC, Rabu (19/4/2020), penasehat kesehatan Gedung Putih Dr Anthony Fauci menjelaskan uji coba obat remdesivir oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) menunjukkan “kabar baik”.
Uji coba tersebut melibatkan sekitar 800 pasien.
Dr Anthony juga mengatakan obat tersebut akan menjadi standar perawatan baru bagi pasien Covid-19 di AS.
Inilah perjalanan pengembangan Remdesivir.
Baca: WHO Sebut Kecil Kemungkinan Peneliti Bisa Temukan Antivirus Corona Sebelum Akhir 2021
Baca: Peneliti Temukan Gejala Baru yang Tidak Ditemukan di Pasien Positif Corona Lainnya
China disebut sedang mengembangkan bermacam obat guna mengobati virus corona, satu diantaranya remdesivir pada Februari 2020 lalu.
China pun sudah mengajukan permohonan untuk mematenkan obat itu.
Mengutip dari Kompas.com, (6/2/2020), Remdesivir pada mulanya dikembangkan oleh Gilead, perusahaan farmasi besar di AS, untuk mengobati pasien Ebola.
Selanjutnya, obat itu diujicoba pada pasien Covid-19.
Hasilnya pasien itu membaik setelah diobati dengan Remdesivir.
Gilead Sciences juga setuju dan mendukung Kementerian Kesehatan China untuk melakukan uji klinis pada obat ini.
Dilansir Tribunnewswiki dari New York Times (6/2/2020), remdesivir diketahui sempat diujikan pada tikus dan kelelawar yang terinfeksi virus corona, termasuk MERS dan SARS.
Kesimpulannya, obat itu dikombinasikan dengan senyawa NHC yang bisa melawan virus corona.
Dalam percobaan tersebut, pihak Direktur Penyakit Menular dan Profesor pediatri di Vanderbilt University School of Medicine menyampaikan, remdesivir dan NHC tampaknya bisa menghalangi replikasi virus dengan mengganggu kemampuan mereka dalam melakukan mutasi genetik.
Disamping itu, obat tersebut dianggap akan efektif apabila diterapkan pada pasien virus corona.
Perlakuan ini dinilai sebagai terapi ganda untuk mencegah dan mengobati penyakit.