Tampaknya, kondisi ini mirip dengan situasi sekarang, di mana orang harus membatasi aktivitas sosial.
Bedanya, umat Muslim kali ini hanya bisa melakukan perenungan di rumah, bukan di Masjid.
Baca: Ramalannya terkait Wabah Virus Terbukti, Bill Gates Hadapi Tudingan Teori Konspirasi
Baca: Ramadan di Tengah Pandemi Corona, Masjid di Yogyakarta Tarawih Pakai Toa, Warga Salat dari Rumah
Tak bisa dipungkiri, situasi krisis yang tengah terjadi bisa mendatangkan kecemasan dan kesehatan, kata Ahmad.
"Beberapa orang mengalami masa sulit dengan kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental," tambah Ahmad.
"Tetapi jika Anda tidak sehat atau sakit, Islam mengatakan Anda tidak seharusnya berpuasa. Ada banyak tantangan, tetapi karena Islam fleksibel, ia memungkinkan Anda untuk mengelola dalam keadaan apa pun.”
Ahmad mengakui bahwa ada kekhawatiran soal Idul Fitri.
Pada hari raya tersebut, Muslim di seluruh dunia kehilangan kesempatan untuk bersilaturahim dengan keluarganya secara langsung.
Katakanlah di Indonesia sendiri, di mana Presiden Joko Widodo sudah resmi melarang mudik.
Sementara Inggris telah mengkonfirmasi bahwa masjid akan tetap ditutup sepanjang Ramadan.
"Akan dianggap sangat tidak bertanggung jawab untuk sholat malam (tarawih) berjamaah atau mengadakan pertemuan keagamaan selama bulan Ramadhan ini, di setiap masjid atau rumah dengan orang-orang yang bukan anggota rumah tangga langsung," kata Qari Asim, seorang imam Leeds dan ketua dewan.
"Selama epidemi, keinginan untuk melakukan shalat dengan jamaah di masjid menjadi yang kedua setelah menyelamatkan nyawa," Tutupnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Warga Muslim Inggris Buka Bersama Massal Lewat Zoom dan Facebook"