Dalam pernyataannya, Trump mengatakan bahwa masalah itu dapat diatasi jika WHO akurat menilai situasi di China akhir tahun lalu.
Komisioner Tertinggi sekaligus Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengutuk langkah pembekuan dana yang dilakukan Trump.
Sementara, miliarder Bill Gates -penyumbang utama- WHO menyebut dalam Twitter bahwa pemotongan dana itu berbahaya.
"Tak diragukan lagi, sejumlah perbaikan wilayah akan (segera) diidentifikasi dan akan ada pelajaran bagi kita semua untuk terus belajar," kata pimpinan WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Di lain hal, sekutu AS yaitu negara-negara di Erropa sepakat menolak langkah Trump.
Senada dengan mereka, sejumlah negara rival Washington mengutuk Trump, seperti Rusia yang menyebut bahwa AS memakai pendekatan yang egois. China dan Iran juga mengecam keputusan tersebut.
Ketika negara-negara di Eropa masih maju-mundur dalam membuka pembatasan, di negara-negara miskin yang padat penduduknya, banyak pemerintahan negara yang masih berjuang menegakkan kebijakan pembatasan.
Kekhawatiran akan kelaparan dan kemungkinan kerusuhan sosial skala global menyelimuti sejumlah negara di Afrika dan Amerika Latin.
Di Cape Town, Afrika Selatan, meletus bentrokan antara warga dan polisi terkait persoalan akses bantuan makanan.
Krisis serupa terjadi di Ekuador, saat kelaparan melanda negara tersebut melampaui ketakutan akan bahaya COVID-19.
"Polisi menyergap dengan cambuk, orang-orang berlari, tapi bagaimana bisa kamu menyuruh orang miskin untuk tetap di rumah saat tak ada cukup persediaan yang bisa dimakan?," kata Carlos Valencia, seorang warga Ekuador, guru berusia 35 tahun yang mempertanyakan kebijakan pemerintahannya.
-