Ekonomi Terperosok, Sejumlah Negara di Dunia Lakukan Buka Tutup Pembatasan Sosial COVID-19

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah negara di dunia mulai melakukan buka tutup kebijakan pembatasan sosial COVID-19. Langkah uji coba ini dilakukan untuk memperbaiki perekonomian negara. Foto: Seorang perempuan mengenakan masker dan mengendarai sepeda di Hollywood Blvd yang sepi di tengah pandemi virus corona pada 15 April 2020 di Los Angeles, California.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sejumlah negara di dunia telah memulai buka tutup kebijakan untuk membuka kembali pembatasan sosial.

Uji coba kebijakan ini merupakan strategi untuk menahan perekonomian agar tidak semakin terperosok.

Sebagian besar negara yang melakukan buka tutup kebijakan pembatasan sosial berasal dari negara-negara di Eropa.

Negara Denmark dilaporkan telah membuka kembali sekolah setelah adanya penutupan selama sebulan.

Kemudian, Finlandia dilaporkan membuka blokade transportasi kereta api dan jalan raya selama dua minggu di wilayah Helsinki.

Baca: Donald Trump Bakal Realisasikan Penghentian Dana ke WHO karena Dianggap Gagal Atasi Virus Corona

Foto: Sejumlah mobil melaju melewati pos kontrol lalu lintas di Hyvinkää, Finlandia, pada 15 April 2020. Pemerintah Finlandia dikabarkan telah mencabut lockdown untuk wilayah Uusimaa. Meski Perdana Menteri Finlandia mencabut pembatasan di wilayah Helsinki, tetapi otoritas memperingatkan bahwa epidemi "belum terkendali" dan pembatasan lainnya akan tetap ada. Sebelumnya, pemerintah pada 28 Maret menutup jalan dan transportasi kereta api di wilayah Uusimaa untuk semua perjalanan kecuali urusan penting dalam upaya menghentikan infeksi menyebar ke seluruh negara. (JUSSI NUKARI / LEHTIKUVA / AFP)

Negara Lithuania mengatakan akan mengizinkan toko-toko kecil dibuka kembali mulai Kamis, (16/4/2020).

Perlahan namun pasti, banyak negara-negara di dunia telah memberlakukan uji coba pembukaan lockdown dalam beberapa sektor, seperti Iran yang membiarkan pembukaan usaha kecil, dan India yang membuka kesempatan jutaan orang pedesaan untuk kembali bekerja.

Sementara itu, di Korea Selatan, orang-orang pergi ke tempat pemungutan suara dan memberikan dukungan kepada Presiden Moon Jae-In, pada Rabu (15/4).

Meskipun sempat menjadi negara dengan wabah COVID-19 terbesar kedua di dunia, Korea Selatan telah mengendalikan virus ini melalui pengujian meluas, memantau kontak-fisik, dan sosial-distancing.

Para petugas komisi pemilihan umum Korea Selatan menyortir surat suara untuk penghitungan dalam pemilihan parlemen di sebuah gimnasium di Seoul pada 15 April 2020. Pemilu Korea Selatan tetap digelar pada 15 April dengan syarat pemilih wajib mengenakan masker wajah dan sarung tangan. (Jung Yeon-je / AFP)

Namun demikian, kemungkinan mencabut pembatasan masih tampak sulit bagi sebagian besar negara lainnya.

Seperti negara Spanyol, yang masih dalam tahap uji coba pembukaan kembali sektor ekonomi mereka.

Melalui pemimpinnya, Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, sejumlah pabrik dan bangunan telah diizinkan untuk dibuka.

Namun Sanchez memperingatkan keras, "tidak akan ada yang sama sampai vaksin ditemukan."

Sebuah foto yang dirilis Istana La Moncloa menunjukkan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez (kiri) dengan alat pelindung penuh mengunjungi pabrik Corte Ingles di Madrid yang membuat masker wajah untuk didistribusikan di Spanyol pada 15 April 2020 di tengah penguncian nasional untuk melawan penyebaran coronavirus COVID-19. Spanyol mencatat 523 kematian akibat virus corona, penurunan dari hari sebelumnya, tetapi jumlah kasus baru harian yang dikonfirmasi adalah yang tertinggi dalam enam hari. (BORJA PUIG DE LA BELLACASA / AFP / LA MONCLOA)

Berbeda dari Spanyol, negara Belgia telah memperpanjang aturan #DiRumahSaja sampai 3 Mei 2020 dan masih melarang adanya pertemuan / kontak fisik sampai akhir Agustus 2020.

Ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendapat kecaman atas kebijakan pembekuan dana untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), negara-negara yang tergabung dalam G-20 mengumumkan kebijakan moratorium utang satu tahun bagi negara-negara miskin di dunia.

Negara G-20 sepakat akan menunda sementara pembayaran utang dari negara-negara miskin untuk memberi kesempatan hidup lebih lama.

Kebijakan moratorium ini akan membebaskan utang lebih dari 20 miliar USD bagi negara-negara tersebut agar bisa fokus terhadap penanganan COVID-19.

Menurut Menteri Keuangan Arab Saudi, Mohammed Al-Jadaan, kebijakan ini berlaku untuk periode setidaknya satu tahun.

Jerman Umumkan Rencana Mencabut Pembatasan Sosial

Jerman secara resmi mengumumkan rencana mencabut sejumlah pembatasan yang diberlakukan karena pandemi virus corona atau COVID-19.

Halaman
123


Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
BERITA TERKAIT

Berita Populer