"Saya selalu mengatakan, satu euro yang diinvestasikan ke olahraga terbalaskan 300 kali dalam bentuk kesehatan," tutur Sibilia di situs resmi LND.
"Saya bahagia dan mengucapkan terima kasih kepada sang menteri untuk dana ini."
"Saya menghadapkan langkah-langkah penting bagi gerakan grassroots karena kami adalah fabrik sosial masyarat negeri ini."
Injeksi dana pemerintah setara Rp 7,2 triliun itu diyakini akan membuat sepak bola kasta bawah Liga Italia bergelora lagi walau Morrone tak yakin kompetisi 2019-2020 bakal kembali bergulir.
Walau tengah menjalani masa sulit, LND sendiri tengah menjalani kampanye "Jantung Sepak Bola" sebagai upaya solidaritas kepada para pekerja medis dan dokter yang berdiri di garis depan melawan pandemi virus corona.
Baca: 2 Dokter Prancis Dikritik Setelah Menyarankan Uji Coba Vaksin Covid-19 pada Masyarakat Afrika
Sebagai bentuk antisipasi penyebaran virus corona / Covid-19, pemerintah Nepal menutup sejumlah spot wisata, satu di antaranya adalah sejumlah desa-desa di pegunungan Himalaya, desa terakhir menuju Gunung Everest.
Sebuah kota di Himalaya, tepatnya di Khumjung resmi ditutup untuk mengantisipasi penyebaran virus corona.
Khumjung, sebuah kota perbukitan di Himalaya yang seharusnya ramai menjelang masuknya musim pendakian Gunung Everest, gunung tertinggi di dunia, tutup mengikuti kebijakan negara Nepal yang menutup sejumlah spot wisata.
Tutupnya kota Khumjung ini mengancam mata pencaharian warga lokal sekitar yang dikenal dengan nama Sherpa / orang-orang Sherpa.
Penutupan kota tempat pendakian Gunung Everest yang mempunyai tinggi 8.848 meter (29.029 kaki) ini dilakukan untuk mengantisipasi masuknya pandemi virus corona ke Nepal.
Kendati sementara tidak ada kasus yang dilaporkan di dalam kota tersebut, pegunungan Himalaya resmi ditutup.
Tutupnya Himalaya mencakup perbatasan dan perjalanan udara dari berbagai negara.
Sejumlah tali dan pick terlihat masih digantung di rumah-rumah di Khumjung yang memiliki atap batu berwarna hijau.
Hostel-hostel dan sejumlah kedai teh di wilayah yang sering digunakan para pendaki melakukan aklimatisasi (penyesuaian fisiologis / adaptasi terhadap suatu ketinggian tertentu) ini mulai kosong.
Seorang pemandu pendaki, Phurba Nyamgal Sherpa mengaku khawatir mata pencahariannya terancam.
"Kami tidak pergi ke gunung karena kami harus melakukannya, itu (Everest) adalah satu-satunya pilihan kami untuk bekerja," kata Sherpa kepada AFP, Rabu (1/4/2020) di rumahnya di Khumjung, di mana ia tinggal bersama istrinya dan seorang putra berusia enam tahun.
Ia yang telah mendaki Gunung Everest dan gunung-gunung lain sejak berusia 17 tahun ini dilaporkan tidak mendapat permintaan dari para pendaki.