"Sebenarnya masih dalam koridor yah. Namun, mungkin timing-nya saja yang kurang pas, sedang ramai seperti ini (wabah virus corona), melakukan perjalanan ke luar negeri," ujar Syamsul saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (18/3/2020).
Studi Ungkap 86% Orang yang Terinfeksi Virus Corona Masih Berkeliaran dan Menulari Orang Sekitarnya
Kasus virus corona yang telah menjadi pandemi global memang membuat banyak orang panik karena penyebarannya yang sangat cepat.
Data dari situs resmi Badan Kesehatan Dunia WHO menyebut sudah ada 184.976 kasus Covid-19 di seluruh dunia.
Virus yang berasal dari China ini bahkan telah menjangkiti 159 negara dan juga telah menewaskan 7.529 orang.
Penyebaran virus yang begitu cepat ini bukan tanpa sebab.
Sebuah studi baru mengungkap bahwa 86% orang yang terinfeksi corona masih berkeliaran tanpa terdeteksi ataupun menunjukkan gejala.
Baca: WHO Imbau Hindari Konsumsi Ibuprofen untuk Gejala Covid-19, Dapat Memperburuk Efek Virus Corona
Enam dari tujuh kasus atau sekitar 86% kasus tidak dilaporkan di Cina, sebelum pembatasan bepergian diterapkan di sana.
Ini mendorong penyebaran virus yang cepat dan luas, menurut sebuah studi, yang ditulis dalam jurnal Science, Senin (16/3/2020).
"Ini adalah infeksi tak bisa dibuktikan, yang mendorong penyebaran wabah," kata satu penulisnya Jeffrey Shaman dari Columbia University Mailman School, dikutip NYPost dari GeekWire.
Para peneliti menggunakan pemodelan komputer untuk melacak infeksi sebelum dan sesudah larangan bepergian di kota Wuhan, Cina.
Dari temuan tersebut menunjukkan bahwa infeksi tidak teridentifikasi dan bahkan tanpa gejala ringan.
Ini dikenal sebagai kasus "tersembunyi" jumlahnya dua pertiga dari kasus pasien corona yang dilaporkan.
"Sebagian besar infeksi ini ringan, dengan sedikit gejala," kata Shaman.
“Orang mungkin tidak mengenalinya (sebagai Covid-19). Atau mereka mengira itu hanya flu pilek. ”
Baca: Dokter Umur 80, Handoko Gunawan Kini Masuk ICU, Sempat Viral karena Tangani Pasien Positif Corona
Namun kasus 'tersembunyi' ini kemudian dapat menularkan virus ke orang lain dan dapat menyebabkan gejala parah pada orang lain, menurut para peneliti.
"Ini akan terus menghadirkan tantangan besar bagi penanganan wabah ini ke depan," kata Shaman.
Ia menggarisbawahi pentingnya pembatasan pergerakan orang di daerah-daerah yang dilanda pandemi.