Akhmad Mujahidin mengungkapkan, pihak pesantren sudah melakukan pembinaan dan upaya pencegahan terhadap perbuatan yang melanggar.
Menurutnya, terdapat sejumlah santri yang sulit dibina dan melanggar aturan, seperti melompat pagar.
"Pesantren kan punya aturan, pesantren saya temboknya sudah setinggi 3,5 meter. Pendidikannya 24 jam. Ada enam orang, sampai sembilan kali lompat pagar, sudah diingatkan berulang kali," ujarnya.
"Itu sudah membahayakan diri sendiri, lompat pagar 3 meter kalau misal patah siapa yang disalahkan," imbuhnya.
Akhmad Mujahidin juga mengungkapkan pernah ada pelanggaran hukum seperti tindak pencurian.
Pihaknya mengungkapkan, santri yang tidak bisa lagi dibina akan dikembalikan pada walinya.
"Maka kita keluarkan dia, pesantren kan pendidikan karakter. Kalau bandelnya sudah di atas rata-rata ya saya kembalikan," ungkapnya
Sementara itu terkait tuntutan wali santri supaya anak mereka diikutkan ujian nasional, Akhmad Mujahidin mengaku hal tersebut bukan perkara besar.
"Mereka kami keluarkan, tapi ujian nasional ya tetap (ikut)," katanya.
Akhmad Mujahidin bahkan mengatakan pintu pondok pesantren selalu terbuka bagi siapa yang ingin memasuki.
"Saya juga sudah bilang kalau kalian sudah taubat nasuha, masuk ke pesantren lagi, kenapa susah," ungkapnya.
Lebih lanjut, Akhmad Mujahidin mengutarakan ada baliho yang berisi 22 larangan bagi santri.
"Saat santri masuk sudah ada perjanjian, sudah ada 22 larangan, dijadikan baliho. Kalau ada yang daftar saya selalu minta baca aturan itu, kalau gak bisa nurutin gak usah masuk," ungkapnya.