"Memang benar terjadi guguran lava pijar sebanyak tujuh kali dengan jarak luncur sekitar 200 hingga 1.000 meter dari pusat guguran atau 750 meter dari kawah ke arah besuk bang dan besuk kembar," jelas Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Hendra Gunawan saat dihubungi dari Lumajang, Minggu (1/3/2020).
Baca: Seberapa Efektifkah Pemeriksaan Suhu Tubuh dalam Mengidentifikasi Virus Corona?
Baca: Kecanduan Gim Playstation Grand Theft Auto (GTA), Bocah 11 Tahun Disuruh Keluarganya Setir Mobil
Munculnya lava pijar tersebut disebabkan naiknya suplai magma dalam sepekan terakhir. Luncuran lava pijar tersebut terpantau sejah 1000 meter dari puncak kawah.
Menurut Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas pada Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Sarif Hidayat, berdasarkan pengamatan oleh PVMBG, telah terjadi peningkatan aktivitas vulkanik di Semeru.
"Jadi kalau dilihat dari data di atas ada peningkatan aktivitas dari hari sebelumnya.
Tapi status masih tetap waspada level 2," katanya melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Minggu (1/3/2020).
Sarif meminta masyarakat waspada dan mengikuti rekomendasi dari PVMBG.
Sampai saat ini, pendakian Gunung Semeru masih ditutup.
Penutupan berlangsung sejak kebakaran hutan melanda gunung tersebut pada pertengahan 2019.
Sebelumnya, aktivitas vulkanik Gunung Semeru, Jawa Timur terus meningkat.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral melaporkan pada Kamis (27/2/2020), pos pengamatan telah melaporkan terjadi satu kali letusan di Gunung Semeru yang sertai asap putih tebal setinggi 200 meter ke arah utara.
Selain itu juga teramati adanya delapan kali guguran lava pijar dengan jarak luncur 200 hingga 1.000 meter dari pusat guguran.
Pusat guguran berada pada jarak 750 meter dari kawah aktif.
Di puncak yang sama juga teramati sinar api sekitar 50 meter di kawah saat malam hari.
Asap kawah membumbung terus menerus setinggi 50 meter hingga 100 meter.
Sedangkan berdasarkan aktivitas kegempaan, tercatat ada 14 kali letusan dengan dengan amplitudo 11 milimeter hingga 23 milimeter.
Durasi letusan mulai dari 70 detik sampai 280 detik.
Terpantau pula gempa akibat guguran sebanyak 11 kali dengan amplitudo 2 milimeter hingga 10 milimeter dengan durasi 60 detik hingga 100 detik.
Aktivitas ini meningkat dari periode sebelumnya, yakni periode pengamatan 25 Februari 2020.