Korban Tragedi SMPN 1 Turi Ungkap Jawaban Pembina Saat Diperingatkan Warga : Mati di Tangan Tuhan

Penulis: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim SAR Gabungan Sabtu (22/2/2020) saat melakukan operasi pencarian korban susur sungai di Kali Sempor, Turi, Slaman (BPBD DIY)

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Korban selamat tragedi susur sungai SMPN 1 Turi Sleman ungkap jawaban pembina saat diperingatkan warga setempat : Mati di Tangan Tuhan.

Seorang korban selamat dalam tragedi susur sungai SMPN 1 Turi Sleman, Jumat (21/2/2020) lalu, Tita Farza Pradita mengungkapkan cerita tentang peringatan warga setempat terkait kegiatan mereka.

Tita mengaku dirinya mendengar warga memperingatkan pembina pramuka sebelum susur Sungai Sempor berlangsung.

"Sama warga sudah diingetin.

Saya mendengar ada warga yang memperingatkan," kata Tita, seperti dikutip dari Kompas.com.

Namun, peringatan tersebut justru disambut kata-kata tak enak dari pembinanya.

"Katanya, enggak apa-apa, kalau mati di tangan Tuhan, kata kakak pembinanya," ujar Tita yang mengaku mendengar langsung jawaban pembinanya tersebut.

Baca: Dulu Viral Gendong Anak Saat Tugas Pemilu, Kini Polisi di Aceh Jadi Sorotan Karena Mahar Pernikahan

Baca: Unggul Telak Atas Rivalnya, Inilah Strategi Bernie Sanders Bangun Kekuatan Politik di Nevada, AS

Tita tak pernah menyangka bakal mengalami peristiwa mengerikan saat menyusuri Sungai Sempor bersama rekan-rekan sekolahnya dan adik-adik kelasnya.

Jumat (21/2/2020) sore itu, mereka dibagi dalam beberapa regu untuk masuk ke sungai.

"Satu regu ada yang tujuh dan delapan orang," katanya.

Proses evakuasi para siswa SMP Negeri 1 Turi Sleman, Yogyakarta, yang hanyut di Sungai Sempor saat melakukan kegiatan Pramuka susur sungai.(dok BNPB) (dok BNPB)

Setelah beberapa saat berjalan, arus besar dari arah atas tiba-tiba menerjang.

Salah seorang rekan bernama Via yang saat itu bersamanya mengeluh tidak kuat menahan arus.

"Via bilang, Ta, aku udah enggak kuat.

Tak suruh dia pegangan di pundak," katanya.

Belum selesai bertahan dari arus yang kian deras, Tita mendengar teriakan lain dari adik-adik kelasnya.

"Adik kelas bilang, mbak mbak kae tulungi ana sing wes keli soko nduwur (mbak mbak tolongin, ada yang sudah hanyut dari atas). Yaudah saya tolong," papar Tita.

Tita menuturkan berusaha menggapai dua orang yang hanyut dari atas.

Di tengah derasnya arus, Tita mengerahkan tenaganya.

Tangan kanannya memegang seorang adik kelas perempuan, sedangkan tangan kirinya menggapai seorang anak laki-laki.

Keduanya hanyut terbawa arus dari atas.

Halaman
12


Penulis: Putradi Pamungkas

Berita Populer