Namun tak perlu khawatir, semuanya dilakukan sambil berbaring alias rebahan.
"Kami mendapat banyak permintaan relawan. Rebahan di tempat tidur memang enak, tapi jangan senang dulu" kata Jennifer Ngo-Ang, anggota ESA.
"Namun kami salut kepada para relawan yang mau mengorbankan kehidupan sehari-hari mereka (selama dua bulan) untuk kepentingan (penelitian) eksplorasi manusia."
Baca: Planet Saturnus
Selain membuka kesempatan bagi relawan, panitia penyelenggara juga membuka kesempatan bagi para peneliti antariksa lainnya.
Relawan ini juga terbuka dengan mereka yang sudah memiliki pengalaman di bidangnya,
Tujuan diadakannya penelitian ini tidak hanya membantu manusia agar dapat meninggalkan planet ini namun juga menguji kemampuan bertahan hidup di luar angkasa.
Di luar atmosfir bumi, seseorang masuk pada ruang hampa tanpa bobot.
Hal ini akan membuat tubuh astronot akan kehilangan otot dan kepadatan tulang.
Lebih jauh lagi, mata akan berubah dan cairan akan bergeser ke otak, serta masih banyak fenomena tubuh lainnya.
Nah, menemukan cara agar manusia tetap sehat di orbit adalah sebagian besar tujuan dari penelitian ini.
"Semakin banyak subjek yang ikut tes, maka semakin baik, namun mengirim orang ke luar angkasa itu mahal dan sulit," kata ESA.
Baca: Yuri Gagarin
ESA juga menyebut bahwa penelitiannya akan berfokus pada mencari tahu seberapa kuat kadar oksigen rendah manusia yang diperlukan untuk misi ruang angkasa di masa depan.
Mereka menyebut bahwa luar angkasa memiliki lingkungan pesawat dan habitat ruangan yang terbatas.
Dalam alat sentrifugal milik ESA, nantinya relawan akan menjajal simulasi dengan menarik kaki mereka sambil berbaring.
Hal ini dilakukan untuk melihat bagaimana gravitasi buatan dapat digunakan untuk melawan perubahan dalam tubuh manusia selama di luar angkasa.
--