Dalam kemarahan, parlemen Irak memilih untuk mengusir semua pasukan asing dari negara itu, termasuk sekitar 5.200 tentara AS yang dikerahkan untuk membantu pasukan lokal memukul mundur sisa-sisa kelompok Negara Islam.
Iran pun melakukan serangan sendiri dalam membalas pembunuhan Soleimani.
Baca: Diisukan Takut dan Sembunyi Pasca AS Bunuh Qassem Soleimani, Kim Jong Un Akhirnya Muncul Ke Publik
Baca: Donald Trump Klaim Tak Ada Pasukan AS Terluka Saat Serangan Rudal Iran, Ternyata Ini Rahasianya
Buntut dari serangan rudal Iran pada 8 Januari lalu, 109 orang tentara AS dilaporkan mengalami cedera otak ringan.
Berdasarkan jumlah yang disampaikan Pentagon, terdapat kenaikan signifikan sejak laporan terakhir yang menyatakan ada 64 prajurit terluka.
"Hingga saat ini, 109 tentara AS didiagnosis cedera otak traumatis ringan, (mTBI), kenaikan 45 orang dari laporan terdahulu," ujar Pentagon, Senin (10/2/2020).
Dikutip dari AFP, 76 di antaranya telah kembali bertugas dan sebagian laiinya masih menjalani evaluasi dari perawatan tim medis.
Seblumnya, Presiden Trump mengklaim dalam serangan rudal di pangkalan Irak tersebut tidak ada pasukan AS yang terluka.
Teheran mengirim rudal balistik sebagai balasan atas meninggalnya jendral hebat mereka , Qasem Soleimani yang dibunuh AS pada 3 Januari silam.
Soleimani meninggal di Bandara Baghdad bersama dengan wakil pemimpin jaringan milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis.
Komandan Pasukan Quds, cabang elite dalam Garda Revolusi Iran, itu dibunuh sebagai buntut demonstrasi yang menyasar Kedutaan Besar AS di Baghdad oleh simpatisan Hashed.
Presiden ke-45 AS itu disebut sudah menyetujui rencana pembunuhan itu sejak tujuh bulan lalu, dengan menyebut Qasem Soleimani memberikan ancaman bagi warga dan kepentingannya di Timur Tengah.
Presiden 73 tahun diyakini berusaha menurunkan tensi ketegangan dengan tidak menyebutkan jumlah korban luka karena ketegangan yang bisa pecah menjadi perang kapan saja.
Presiden Amerika itu sempat berusaha menepikan laporan cedera otak tersebut, dengan menyebut pasukannya mengalami "gejala sakit kepala".