Hal itu disampaikan oleh Pengamat Ekonomi INDEF, Bhima Yudhistira.
Menurutnya, jangka panjang dari konflik tersebut akan berpengaruh pada kinerja ekspor di sektor riil, yang ia prediksi menjadi semakin sulit.
Pasalnya Timur Tengah merupakan satu di antara pasar ekspor Indonesia.
Baca: Konfilik AS vs Iran, TNI Siapkan Kantor Atase Pertahanan sebagai Penampungan Sementara WNI
Baca: Berani Serang AS dengan Luncurkan Rudal, Ternyata Iran Punya Cadangan Minyak Ratusan Miliar Barel
Berbagai produk olahan pertanian, peternakan, hingga tekstil di ekspor ke sana.
Jika eskalasi yang terjadi terus meningkat, tentu itu bukan kabar baik bagi Indonesia.
- "Pasar non tradisional, misalnya Timur Tengah yang prospeknya masih besar bagi Indonesia jadi porak poranda karena perang. Kita mau ekspor ke mana lagi?," ujar Bhima, kepada Tribunnews, Kamis (9/1/2020).
Menurut data yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS) total perdagangan antara Indonesia-Iran mencapai USD 715,4 juta pada 2018.
Jika dibandingkan pada 2017, angka ini mengalami peningkatan sebesar 6,8 persen.
Dengan rincian capaian ekspor Indonesia ke Iran tercatat sebesar USD 296,4 juta, sedangkan impor dari Iran mencapai angka USD 419 juta.
Baca: Donald Trump Beri Pernyataan Terkait Serangan Rudal: Iran Tampaknya Mundur
Baca: Donald Trump
Situasi di Timur Tengah semakin memanas setelah Iran memborbardir dua pangkalan Amerika Serikat yang berada di Irak.
Puluhan rudal Iran itu diluncurkan pada Rabu (8/1/2019) waktu setempat.
Serangan ini merupakan serangan balas dendam, atas kematian Komandan Pasukan Quds Iran, Qasem Soleimani, di tangan Amerika Serikat.
Dilansir TribunnewsWiki.com dari mirror.co.uk, sebelumnya Pemerintah Iran telah mematok harga USD 80 Juta untuk kepala Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Lembaga penyiaran resmi mengatakan pemerintah Iran akan megajukan satu dolar dari setiap warga Iran.
"Iran memiliki penduduk 80 juta. Berdasarkan populasi Iran, kita ingin mengumpulkan USD 80 juta bagi yang bisa mendapatkan kepala Presiden Trump," dikutip mirror.co.uk dari en24.
Tak hanya itu, Iran juga terang-terangan mengincar Gedung Putih.
Rencana untuk menyerang jantung politik Amerika Serikat itu disampaikan oleh anggota parlemen Iran, Abolfazl Aboutorabi.
"Kita dapat menyerang Gedung Putih itu sendiri, kita dapat membalas mereka di tanah Amerika, katanya dikutip Labour News Agency.
"Kami memiliki kekuatan, dan insya Allah kami akan merespons pada waktu yang tepat."