Bahkan para mahasiswa harus rela mengantre demi bisa merasakan sensasi kematian lebih awal.
"Saya dan teman serumah saya berencana pergi seminggu yang lalu, satu setengah minggu yang lalu," ujar salah satu mahasiswa bernama Sean McLaughlin, seperti dikutip dari Mirror.
"Kami melihat bahwa sudah ada daftar tunggu agar bisa masuk ke dalam liang lahat, jadi itu cukup populer, jadi kami tidak mencobanya," imbuhnya.
Ia lalu menambahkan akan mencobanya lain kali.
"Saya belum mendapatkan kesempatan, tapi saya berencana untuk pergi dalam waktu dekat," ungkapnya.
Liang pemurnian' itu dilengkapi dengan selimut dan matras yoga.
Sehingga sangat memungkinkan untuk dijadikan tempat untuk meditasi dengan nyaman, walaupun dengan cara yang tidak wajar.
Adapun pencetus ide proyek tersebut adalah John Hacking.
Ia merupakan seorang anggota staf di asrama mahasiswa di kampus itu.
Menurutnya, proyek itu bertujuan untuk membuat siswa lebih menghargai waktu hidup mereka di dunia.
Oleh karena itu ia membuat liang lahat agar para mahasiswanya sadar.
"Kiamat, kematian, adalah hal yang tabu, sulit bagi mahasiswa... kematian sangat sulit untuk dibicarakan, terutama ketika Anda berusia 18, 19, 20 tahun," ujar John pada Ruptly.
Adapun, proyek tersebut semakin populer karena ditawarkan lewat poster yang disebar di seluruh kawasan kampus.
Poster tersebut disebarkan di berbagai fakultas sehingga para mahasiswa menjadi teratrik untuk mencoba liang tersebut.
Poster tersebut juga bertuliskan "memento mori" bahasa Latin untuk "ingat Anda akan mati".
Sementara untuk mencoba pengalaman tidur di liang lahat ini, mahasiswa bisa memesannya terlebih dahulu.
Hal tersebut karena antrean untuk memakai liang tersebut sangat panjang.