Berdasarkan keberanian Rasuna mengktik pemerintah Belanda, Rasuna mendapat julukan '"Singa Bertina"'
Rasuna kadang dipaksa berhenti dan diturunkan dari podium aparat pemerintah kolonial Belanda yang khusus mengawasi kegiatan politik (PID).
Puncaknya terjadi ketika Rapat Umum PERMI di Payakumbuh pada 1932.
Saat Rasuna berpidato, aparat datang memaksa rasuna Said berhenti.
Rasuna Said ditangkap, diajukan ke pengadilan kolonial, kemudian dipenjara selama satu tahun dua bulan terdakwa mengeluarkan ujaran kebencian.
Ruang gerak PERMI di Minangkabau semakin dipersempit sehingga rasuna memutuskan pindah ke Medan.
Di Medan, Rasuna memulai kiprahnya di dunia jurnalistik bersama sejumlah majalah, di antaranya, Suntiang Nagari, Raya, dan Menara Poeteri.
Baca: Shareefa Daanish
Baca: Rafli Mursalim
Rasuna juga mendirikan lembaga pendidikan khusus untuk kaum perempuan.
Para murid di sekolah diajarkan betapa pentingnya peranan kaum perempuan dalam proses perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.
Lebih lanjut, perempuan punya hak setara dengan pria di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
Selama era penjajahan Jepang sejak 1942, Rasuna Said terus berkiprah.
Baca: Soo Jung Lee, Psikolog Forensik Perempuan yang Ciptakan Gelang Penurun Kekerasan Seksual di Korea
Baca: 3 Hari Temani dan Peluk Jasad Sang Ibu, Balita Perempuan Berusia 2 Tahun Kini Didampingi Psikiater
Rasuna turut menggagas berdirinya perkumpulan Nippon Raya yang sebenarnya bertujuan untuk membentuk kader-kader perjuangan.
Berdasarkan tindakan Rasuna, Rasuna dituduh menghasut rakyat.
Rasuna mengatakan pada pembesar Jepang, "Boleh Tuan menyebut Asia Raya karena Tuan menang perang. tetapi Indonesia Raya pasti ada di sini."
Rasuna mengatakan itu sambil menunjuk dadanya sendiri.
Baca: FILM - He Who Dares (2014)
Baca: FILM - Whiplash (2014)
Setelah Jepang angkat kaki dan Indonesia merdeka, Rasuna bergabung dengan Badan Penerangan Pemuda Indonesia.
Selanjutnya, Rasuna Said menjadi anggota Komite Nasional Indonesia mewakili Sumatera Barat.