Mengenal Sosok Rasuna Said, Sang Pahlawan Indonesia: Kisah Singa Betina yang Tak Semua Orang Tahu

Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sosok pahlawan nasional, Rasuna Said

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Hari Minggu (10/11/2019), Indonesia memperingati Hari Pahlawan, yang tiap tahun jatuh pada 10 November.

Kisah seorang pahlawan bernama Rasuna Said mungkin belum semua tahu.

Meski Rasuna Said sangat terkenal karena menjadi nama salah satu jalan utama di Ibu Kota Jakarta.

Sejumlah kantor dan hunian di Ibu Kota juga memakai nama Rasuna Said.

Dikutip dari BBC Indoenesia, Rasuna Said ialah seorang perempuan bangsawan Sumatera Barat berpredikat rangkayo.

Baca: Tak Hanya Maia Estianty dan Dian Sastrowardoyo, Berikut Deretan Artis yang Juga Keturunan Pahlawan

Baca: Pahlawan Revolusi

Nama lengkapnya, Hajjah Rangkayo Rasuna Said.

Jajang Jahroni menulis tentang Rasuna Said berjudul "Haji Rangkayo Rasuna Said: Pejuang Politik dan Penulis Pergerakan".

Tulisan tersebut dimuat dalam buku Ulama Perempuan Indonesia (2002).

Jajang Jahroni merupakan dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Rasuna Said (tribunnews.com)

Rasuna Kecil

Rasuna Said lahir 14 September 1910 di Desa Panyinggahan, Maninjau, Agam, Sumatera Barat.

Muhammad Said, ayah Rasuna, merupakan seorang aktivis pergerakan.

Muhammad Said cukup disegani di kalangan masyarakat Minang.

Orang tua Rasuna menyekolahkan Rasuna karena berasal dari keluarga bangsawan yang memperhatikan pendidikan

Baca: Generasi Ketiga Pengrajin Blangkon di Kampung Blangkon

Baca: Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata

Namun, Rasuna memilih sekolah yang berfokus pada agama.

Hal tersebut berbeda dengan saudara-saudaranya yang mengenyam pendidikan di sekolah umum yang didirikan Belanda.

Seusai menamatkan pendidikan sekolah dasar, Rasuna belajar di pesantren Ar-Rasyidiyah.

Rasuna Said (tribunnews.com)

Rasuna Said menjadi satu-satunya santri perempuan di pesantren tersebut.

Kemudian, Rasuna Said pindah ke Padang Panjang untuk bersekolah di Madrasah Diniyah Putri.

Sekolah itu dikelola tokoh emansipasi perempuan Sumatera Barat, Rahmah El Yunusiyah.

Baca: Pendidikan dan Karier Katamso, Pahlawan Nasional yang Wafat pada Peristiwa G30S

Baca: Kisah di Balik G30S: Sugiyono Pahlawan Nasional yang Diculik oleh PKI Bersama Katamso di Yogyakarta

Pemikiran Rasuna

Pemikiran Rasuna perihal kemerdekaan mulai dibentuk sejak Rasuna bergabung dengan Sekolah Thawalib di Maninjau.

Sekolah Thawalib didirikan oleh gerakan Sumatra Thawalib dipengaruhi pemikiran Mustafa Kemal Ataturk, tokoh nasionalis-Islam Turki.

Rasuna terinspirasi oleh pidato-pidato gurunya, seorang tokoh pergerakan kaum muda di Maninjau dan anggota Sarekat Islam , H Udin Rahmani.

Rasuna tumbuh menjadi seorang pribadi yang radikal, progresif dan pantang menyerah

Di sekolah Thawalib, Rasuna wajib mengikuti latihan pidato dan debat.

Menurut A Hasyim, Pidato Rasuna terkadang bagaikan petir di siang.

Pernyataan tersbeut tertulis dalam buku Semangat Merdeka, 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan dan Perjuangan Kemerdekaan (1985)

Pada 1926 di usia 16 tahun, Rasuna Said memutuskan terjun ke dunia politik.

Baca: FILM - Love is a Bird (2019)

Baca: FILM - Crows Zero (2007)

Rasuna menjadi sekretaris organisasi Sarekat Rakyat (SR) cabang Sumatera Barat.

Tokoh sentral organisasi ini adalah Tan Malaka.

Perintisan PERMI

Empat tahun kemudian, Rasuna Said merintis pendirian Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) pada 1932.

PERMI resmi menjadi partai politik berlandaskan Islam dan kebangsaan.

Rasuna bertugas di bagian seksi propaganda PERMI.

Rasuna Said berperan mendirikan sekolah, tempat kader-kader muda partai diajar keterampilan membaca dan menulis.

Sang Singa Betina

Rasuna kerap berorasi di hadapan publik yang mengkritik pemerintah kolonial Belanda.

Rasuna berperan sebagai propagandis.

Baca: Soekarno Pernah Punya Pasukan Pelindung Harimau, Raja Pasukan Elit dan Lebih Ngeri dari Kopassus

Baca: 5 Fakta Paundrakarna, Cucu Soekarno yang Digadang-gadang Maju Pilkada Solo Bersama Anak Jokowi

 Rasuna mengecam cara Belanda memperbodoh dan memiskinkan bangsa Indonesia.

Berdasarkan keberanian Rasuna mengktik pemerintah Belanda, Rasuna mendapat julukan '"Singa Bertina"'

Rasuna kadang dipaksa berhenti dan diturunkan dari podium aparat pemerintah kolonial Belanda yang khusus mengawasi kegiatan politik (PID).

Puncaknya terjadi ketika Rapat Umum PERMI di Payakumbuh pada 1932.

Saat Rasuna berpidato, aparat datang memaksa rasuna Said berhenti.

Rasuna Said ditangkap, diajukan ke pengadilan kolonial, kemudian dipenjara selama satu tahun dua bulan terdakwa mengeluarkan ujaran kebencian.

Ruang gerak PERMI di Minangkabau semakin dipersempit sehingga rasuna memutuskan pindah ke Medan.

Di Medan, Rasuna memulai kiprahnya di dunia jurnalistik bersama sejumlah majalah, di antaranya, Suntiang Nagari, Raya, dan Menara Poeteri.

Baca: Shareefa Daanish

Baca: Rafli Mursalim

Kiprah di Dunia Perempuan

Rasuna juga mendirikan lembaga pendidikan khusus untuk kaum perempuan.

Para murid di sekolah diajarkan betapa pentingnya peranan kaum perempuan dalam proses perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.

Lebih lanjut, perempuan punya hak setara dengan pria di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

Selama era penjajahan Jepang sejak 1942, Rasuna Said terus berkiprah.

Baca: Soo Jung Lee, Psikolog Forensik Perempuan yang Ciptakan Gelang Penurun Kekerasan Seksual di Korea

Baca: 3 Hari Temani dan Peluk Jasad Sang Ibu, Balita Perempuan Berusia 2 Tahun Kini Didampingi Psikiater

Rasuna turut menggagas berdirinya perkumpulan Nippon Raya yang sebenarnya bertujuan untuk membentuk kader-kader perjuangan.

Berdasarkan tindakan Rasuna, Rasuna dituduh menghasut rakyat.

Rasuna mengatakan pada pembesar Jepang, "Boleh Tuan menyebut Asia Raya karena Tuan menang perang. tetapi Indonesia Raya pasti ada di sini."

Rasuna mengatakan itu sambil menunjuk dadanya sendiri.

Baca: FILM - He Who Dares (2014)

Baca: FILM - Whiplash (2014)

Setelah Jepang angkat kaki dan Indonesia merdeka, Rasuna bergabung dengan Badan Penerangan Pemuda Indonesia.

Selanjutnya, Rasuna Said menjadi anggota Komite Nasional Indonesia mewakili Sumatera Barat.

(TribunnewsWiki.com/Nabila Ikrima)



Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer