"Karena ini merupakan ladang penelitian baru, masih banyak yang belum diketahui mengenai dampak mikroplastik ini bagi ekosistem keseluruhan termasuk bagi manusia", kata Lavers.
Penelitian yang dilakukan terhadap binatang laut juga susah diaplikasikan untuk mendapatkan bukti jangka panjang terutama untuk spesies yang besar.
"Bila kita ingin meneliti dampak plastik atau bahan kimia terhadap binatang, kita harus bisa menangkap dan mempelajari binatang tersebut selama beberapa waktu lamanya," tambah Lavers.
"Jadi katakan tuna, kita bisa menangkap tuna sekali, namun bagaimana kita bisa menangkap tuna yang sama berkali-kali. Dan kalau kita membayangkan binatang seperti paus, itu tidak mungkin bisa dilakukan. Hal demikian juga terjadi pada manusia, terang Lavers.
Baca: Kampanyekan Perlindungan Laut, Adidas Ciptakan Sepatu yang Terbuat dari Daur Ulang Sampah Plastik
Saat ini (menurut Lavers), tidak banyak data tersedia untuk mengetahui dampak kesehatan mikroplastik terhadap manusia.
Kedepannya perlu dilakukan penelitian lebih banyak untuk mengetahui dampaknya.
Namun untuk sementara, karena mikroplastik tersebut ditemukan dalam buangan kotoran menunjukkan bahwa plastik tidak mengendap dalam tubuh manusia.
Hal yang menjadi masalah adalah apa yang sebenarnya terjadi ketika mikroplastik ini berada dalam tubuh kita.
Dokter Thava Palanisami menambahkan, bahan plastik yang berpotensi buruk terhadap kesehatan adalah Bisphenol (BPA).
"BPA dianggap berpotensi menyebabkan kanker. Juga ada bahan kimia lain yang berbahaya. Ada sekitar 10 bahan kimia dalam plastik yang berdampak terhadap kesehatan manusia," ujarnya.
Sekarang semua tergantung pada seberapa banyak bahan-bahan berbahaya itu berada dalam sistem pencernaan manusia.