5 Fakta Dampak dari Kabut Asap di Riau: Warga Mengungsi hingga Sekolah Diliburkan

Penulis: Sekar Dwi Setyaningrum
Editor: Fathul Amanah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kabut asap makin pekat di Pekanbaru, Riau, dengan jarang pandang sekitar 300 meter, Jumat (13/9/2019)

Menyiksa kesehatan rakyat

Kabut asap memberikan dampak yang buruk kepada masyarakat, ribuan rakyat menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Warga yang terkena paparan kabut asap mengalami batuk, sesak nafas, pusing, demam hinga muntah-muntah.

"Saya sesak napas dan batuk. Dua anak saya juga sudah tiga hari demam, batuk dan muntah-muntah," akui salah seorang warga Pekanbaru, Ayi Nuandra (36) saat diwawancarai Kompas.com, Sabtu (14/9/2019).

Citra (32) warga Pekanbaru lainnya mengalami sesak nafas, batuk dan demam.

"Udah tiga hari saya sakit. Batuk berdahak, tenggorokan juga sakit. Makan jadi susah," akuinya kepada Kompas.com, Minggu (16/9/2019).

Mengantisipasi kabut asap, Dinas Kesehatan Pekanbaru menganjurkan untuk masyarakat tidak melakukan kegiatan di luar rumah.

Masyarakat dianjurkan untuk selalu memakai masker, memperbanyak minum air putih hingga makan sayur dan buah.

Baca: Dampak Kabut Asap di Pontianak, Bandara Supadio Lumpuh, 37 Penerbangan Dibatalkan

Nurlela dan bayinya berada di posko pengungsian di Kantor DPW PKS Riau di Pekanbaru, karena terpapar kabut asap karhutla, Minggu (15/9/2019) malam.(KOMPAS.COM/IDON)

Warga mengungsi

Warga yang terkena kabut asap terpaksa harus mengungsi untuk mendapatkan udara yang segar.

Tempat pengungsian warga terdapat di posko pengungsian dan posko kesehatan yang dibuka DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Provinsi Riau di Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, Riau.

Indah (28) mengaku sudah tiga hari mengungsi bersama tiga anaknya.

"Saya di sini sejak, Jumat (13/9/2019). Karena anak paling kecil, Sophia umur 10 bulan, sesak napas. Kakaknya, Fatimah dan Fatiyah kena asma. Tapi sudah diberikan nebulizer, alhamdulillah udah mendingan," ucap Indah kepada Kompas.com, Minggu (16/9/2019).

Nurlela (30) juga mengabarkan hal serupa, dirinya belum memastikan kapan bisa pulang ke rumah.

"Gimana mau pulang, asap masih pekat, udara tidak sehat. Masih nyaman di sini (posko). Udara di sini sehat, dan tempatnya bersih. Makan ditanggung. Kebetulan satu anak saya yang paling besar juga masih libur sekolah, jadi masih bertahan di sini," ungkap Nurlela kepada Kompas.com, Minggu (15/9/2019).

Sejumlah warga yang mengungsi di posko pengungsian di Kantor PKS Riau di Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019).(KOMPAS.COM/IDON)

Sekolah dan Kampus diliburkan

Siswa sekolah yang berada di Pekanbaru diliburkan akibat kabut asap.

Untuk siswa sekolah, mulai dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA diliburkan sejak, Selasa (10/9/2019) lalu.

Tak hanya sekolah, kampus dan universitas juga turut diliburkan sejak, Kamis (12/9/2019).

Rektor UMRI Dr Mubarak saat dikonfirmasi Kompas.com, membenarkan, kampus diliburkan karena kabut asap pekat.

"Benar. Jumat sampai Sabtu (14/9/2019) aktivitas di kampus kita liburkan," sebut Mubarak melalui pesan WhatsApp.

(TribunnewsWiki/Sekar)



Penulis: Sekar Dwi Setyaningrum
Editor: Fathul Amanah
BERITA TERKAIT

Berita Populer