Sebelumnya, Menteri Susi telah mengirimkan utusannya untuk menemui Gubernur Maluku, Murad Ismail untuk mengonfirmasi pernyataannya tentang tantangan perang.
Utusan Menteri Susi itu pun telah bertemu dengan Murad di Kantor Gubernur Maluku, Kamis (5/9/2019) lalu.
Pascapertemuan tersebut, Murad menyampaikan bahwa masalah sudah selesai dan tidak perlu dibesar-besarkan lagi.
“Saya minta kepada kalian (wartawan) jangan dibesar-besarkan lagi sesuatu yang telah berlalu. Keluar dari sini semuanya selesai,” kata Murad usai bertemu dengan para utusan Menteri Susi di Kantor Gubernur Maluku, Kamis (5/9/2019).
Baca: Daftar Anggota DPR RI & DPD RI Daerah Pemilihan Provinsi Maluku Periode 2019-2024
Murad mengatakan, pernyataan perang yang dilontarkan kepada Susi itu hanya sebagai reaksi atas apa yang terjadi terhadap sektor perikanan di Maluku.
Menurut dia, ketegangan yang terjadi antara dirinya dengan Susi itu lantaran tidak terjalin komunikasi dan koordinasi yang baik.
“Sebenarnya kita orang Maluku tidak benci kepada Ibu Susi, terutama saya. Tidak ada sedikit pun membenci. Cuma selama ini kita tidak punya komunikasi yang baik, koordinasi dan tidak terjadi kolaborasi, sehingga hal-hal sedikit saja yang muncul jadi hal yang besar," kata Murad.
Murad mengatakan, perang adalah jalan terakhir, setelah dilakukan musyawarah mufakat.
Murad memastikan bahwa istilah perang itu hanya kelakar yang dia lontarkan.
“Jadi perang itu perang main-main saja, kalau di laut kan pistol air, bukan pistol betulan. Kalau dulu saya Dankor Brimob, baru saya pakai pistol benar,” kata Murad sambil tertawa.
Dia pun berharap agar apa yang menjadi seluruh harapan masyarakat dan Pemerintah Provinsi Maluku dapat dipenuhi oleh pemerintah pusat.
Ia berharap, ke depan dapat terjalin kerja sama yang baik antara Pemerintah Maluku dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
“Semoga apa yang telah dijanjikan oleh Ibu Susi dapat dilaksanakan, agar orang Maluku tidak bertanya-tanya lagi. Soalnya, semua pertanyaan itu semua tertumpuk ke kepala saya,” kata Murad.