17 AGUSTUS - Benda-benda Bersejarah Seputar Proklamasi, Mulai dari Mesin Tik, hingga Kamera

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Benda-benda yang digunakan dalam momentum proklamasi kemerdekaan Indonesia ternyata menyimpan sejarahnya masing-masing.

Sudiro merasa yakin betul mikrofon itu bukan hasil curian.

Dalam ceramahnya pada 6 September 1972 di Lembaga Pembinaan Jiwa ‘45 Jakarta, Sudiro menyinggung mikrofon yang dikatakan Soekarno hasil curian.

“Itu tidak betul!” kata Sudiro.

Kata Sudiro, pemilik mikrofon itu adalah warga negara Indonesia bernama Gunawan.

  • Kamera

Kamera menjadi benda bersejarah atas lahirnya Republik Indonesia saat semua rakyat Indonesia hingga saat ini bisa melihat foto Soekarno saat sedang membacakan teks proklamasi.

Selain kamera, tentu sang pengambil foto atau fotografer menjadi figur yang berpengaruh dalam pengambilan foto saat Soekarno sedang membacakan proklamasi kemerdekaan.

Persoalan kamera yang menjadi benda bersejarah dalam proses terjadinya foto momen proklamasi ini menjadi diskursus sejarah yang menarik.

Demikian juga fotografer, yang karena jasanya dalam mengabadikan momentum terjadinya proklamasi ini menjadi penting untuk dituliskan dalam sejarah pernak-pernik proklamasi.

Kabar akan dibacakannya proklamasi ini telah beredar dengan cepat dari mulut ke mulut.

Pihak Jepang sendiri pun telah mengendusnya.

Pukul 10.00 WIB, proklamasi pun dimulai.

Soekarno terlebih dahulu memberikan sambutan sebelum membacakan proklamasi.

Setelah proklamasi dibacakan, Soekarno juga menutupnya dengan beberapa patah kata dan kalimat.

Saat momen pembacaan proklamasi, seseorang dengan kamera pinjaman bergegas pergi ke Jl. Pegangsaan Timur, No. 56.

Kamera yang ia gunakan adalah kamera Leica dan satu rol film.

Kamera yang dipakai adalah kamera pinjaman dari kantor Djawa Shimbun Sha.

Seseorang yang mengabadikan momen bersejarah tersebut adalah bernama Frans Mendur dan Alex Mendur.

Frans Mendur adalah adik dari Alex Mendur.

Frans Mendur menggunakan jenis kamera Leica dan satu rol film yang dipinjam dari kantor Djawa Shimbun Sha.

Setelah itu, ia kemudian bergegas menuju kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No 56.

Halaman
1234


Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer